Ketgam : Peta zonasi gempa yang dulu dikembangkan oleh berbagai instansi pemerintah perlu diperbaharui. Foto : technologyindonesia.com |
JAKARTA, BL- Tim nasional peta gempa Indonesia yang beranggotakan sembilan pakar gempa seluruh Indonesia atau sering disebut sebagai Tim Sembilan, akhirnya mengakhiri pekerjaan berat menyusun peta gempa Indonesia yang paling mutakhir.
Menurut informasi dari Asisten Staf Khusus Presiden, Akuat Supriyanto, rencannya siang selepas sholat jum’at, Prof. Masyhur Irsyam (ITB) akan memaparkan peta yang dibuat Tim sembilan di Istana Presiden, Binagraha. Sebelumnya, peta gempa yang diberi nama Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) Map itu telah ditandatangani oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto pada 1 Juli yang lalu, sehingga telah resmi berlaku.
“Peta akan dipresentasikan dihadapan petinggi kementerian dan lembaga pemerintah, sipil dan militer, yang terkait dengan penanganan kebencanaan. Pejabat-pejabat yang akan hadir, antara lain Menteri PU Djoko Kirmanto, Pimpinan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), UKP4, TNI Angkatan Darat, BMKG, Bappenas, dan LIPI,” ujar Erick Ridzky, Ketua Panitia Presentasi Peta Gempa Terbaru Indonesia yang juga Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana melalui siaran persnya yang diterima BeritaLingkungan.com.
Penyusunan peta gempa tersebut dilandaskan pada catatan tentang peristiwa gempa di berbagai wilayah yang disebabkan oleh sumber-sumber gempa tertentu. Yang menarik, peta ini memuat informasi detail mengenai sesar aktif yang bersemayam di bawah bumi berbagai wilayah Indonesia. “Tim Sembilan telah memetakan sesar di Sumatera dengan baik, Khusus mengenai sesar di Jawa, tim juga memberikan informasi yang cukup mengenai sesar Cimandi, sesar Lembang, Sesar Opak, Sesar Lasem dan Pati,” kata Erick.
Meski demikian, Tim Sembilan menganggap masih ada kekurangan dalam peta ini. Antara lain, masih sedikitnya sesar aktif yang bisa diidentifikasi laju gesernya (secara geologis dan geodetis) serta perioda ulang gempa dan maksimum magnitudenya. Selain itu, kemungkinan adanya sesar aktif yang berlokasi dekat dengan Jakarta atau Surabaya, masih belum bisa diidentifikasi dengan baik.
Namun, dibandingkan peta gempa terakhir yang disusun tahun 2002, peta gempa teranyar ini jauh lebih kaya informasi. “Peta ini hanyalah awal untuk meminimalisasi kemungkinan gempa. Kita sepakat untuk terus melakukan pemetaan sistematis terhadap sumber-sumber gempa,dan updating peta gempa secara berkala, seperti yang dilakukan hampir setiap tahun oleh negara-negara rawan gempa seperti Jepang,”tandasnya. (Marwan Azis).