JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan concern terhadap kualitas udara di Jakarta. Langkah itu sebagai bagian dari upaya menanggulangi perubahan iklim global.
Sebagai langkah nyata, Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Jakarta pun mengoperasikan sistem pemantauan kualitas udara mutakhirnya yang berfungsi untuk memantau kualitas partikel udara yang disebut dengan partikel 2,5 yang memiliki pengaruh besar bagi kesehatan masyarakat secara real time.
Partikel 2,5 adalah partikel berukuran paling kecil, dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer. Partikel ini dapat menembus ke paru-paru dan aliran darah secara langsung dan sering dikaitkan dengan sejumlah pengaruh buruk bagi kesehatan seperti penyakit jantung dan paru-paru.
Sistem pemantau kualitas udara milik Kedubes AS ini telah ditempatkan di 24 tempat di kedutaan dan konsulat AS di seluruh dunia, di antaranya Vietnam, Mongolia, Peru, dan Kosovo. Sementara di Indonesia, Kedubes AS menempatkan dua unit alat ini di dua lokasi milik kedutaan di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat.
Menurut Dubes AS untuk Indonesia, Robert E. Blake, ada tiga tujuan utama dari program yang dijalankan oleh Kedubes AS yang bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta itu.
“Tujuan pertama adalah untuk menyediakan ketersediaan data mengenai kualitas udara, kedua adalah menyediakan informasi agar individu dan kota-kota di seluruh dunia dapat mengambil keputusan mengenai kesehatannya sendiri dan yang ketiga adalah untuk menginformasikan bahwa ada kerja sama antara AS dan Indonesia dalam isu penting ini,” kata Dubes Blake kepada awak media dalam acara perkenalan mesin tersebut di Jakarta kemarin.
Hasil pantauan alat tersebut akan terhubung dengan laman Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) secara langsung sehingga orang-orang dapat melihat tingkat partikel di udara, tidak hanya di Jakarta namun juga di seluruh dunia.
Selain pengoperasian alat canggih itu, Kedubes AS bekerja sama dengan Pemprov DKI dan EPA, untuk membuat program yang disebut dengan Breathe Easy Jakarta yang terdiri dari pelatihan-pelatihan dan analisis riset dan semua langkah-langkah yang didesain, untuk mengerti lebih jauh mengenai kontrol yang lebih efektif dan lebih baik terhadap polusi udara yang ada di Indonesia.
Sementara itu, Direktur Bagian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dasrul Chaniago mengatakan dalam tiga tahun belakangan ini, polusi udara di Jakarta mulai berkurang.
“Untuk menciptakan udara yang tak tercemar, Kementerian LHK juga sedang menyiapkan rancangan peraturan baru bagi bahan bakar. Saat ini sedang dirundingkan dan hampir final. Sudah dibicarakan juga dengan kementerian-kementerian terkait,” ujar Dasrul.
Kementerian LHK juga mengimbau agar Indonesia memulai membangun transportasi umum dan jalur pedestrian demi kualitas udara yang lebih baik. “Jika jarak tak terlalu jauh lebih baik berjalan kaki. Hal tersebut tentu mengurangi polusi udara di Jakarta,” tandasnya. (BL)
–>