LONDON, BL-Para ilmuwan Inggris memperingatkan dampak buruk perubahan iklim pada tanaman kopi arabika.
Kopi Arabika mencakup 70 persen produksi komersial dunia dan meskipun ditanam di perkebunan di seluruh dunia, tetapi lingkungan aslinya terbatas, tarutama di dataran tinggi Ethiopia. Tanaman kopi sangat peka terhadap fluktuasi iklim, namun tanaman liar ini punya beragam gen yang diandalkan para petani kopi untuk meningkatkan panen, tetapi tidak fleksibel terhadap perubahan iklim.
Ilmuwan-ilmuwan dari Royal Botanic Garden di Kew, London, dan Forum Lingkungan dan Kebun Kopi di Ethiopia telah menyelesaikan model komputer pertama mengenai pengaruh perubahan iklim pada kopi arabika asli. Skenario emisi mereka selama akhir abad menunjukkan dampak negatif pada sejumlah spesies dan jenis kopi arabika. Mereka memprediksi, kopi Arabika akan punah di salah satu bagian wilayahnya dalam satu dekade, akibat perubahan iklim selain karena penebangan hutan, hilangnya habitat, dan tekanan pertanian.
Karena arabika adalah satu-satunya kopi yang ditanam di Ethiopia, industri setempat bisa sangat dirugikan oleh perubahan cepat iklim, bisa mengurangi lahan yang bisa ditanami, memerlukan penanganan yang lebih cermat, dan menyebabkan kegagalan panen.
Kopi arabika asli berperan penting dalam produksi kopi di Ethiopia dan mempunyai nilai khusus sebagai sumber genetika kopi liar. Hasilnya diperkirakan bernilai setengah sampai 1,5 milyar dolar per tahun. Ethiopia merupakan pengekspor kopi arabika kelima terbesar di dunia dan produsen kopi utama di Afrika. Kopi merupakan 33 persen dari total pendapatan ekspor Ethiopia. Tanaman kopi arabika paling banyak dan paling beragam jenisnya terdapat di dataran tinggi selatan sampai barat Ethiopia.
Para ilmuwan berharap analisis mereka yang diterbitkan oleh jurnal PLOS ONE akan meningkatkan perkembangan strategi baru untuk mempertahankan kopi arabika di lingkungannya.(VOA Indonesia).