BOGOR, BL- Acara Simposium Hiu dan Pari Indonesia yang hari ini resmi ditutup merekomendasikan perlunya sebuah kebijakan sebagai dasar implementasi Rencana Aksi Nasional (National Plan of Action/NPOA) untuk pengelolaan hiu dan pari di Indonesia secara berkelanjutan.
Simposium Hiu dan Pari Indonesia bertempat di Institut Pertanian Bogor International Convention Centre (IPB-ICC) mengumpulkan hasil-hasil penelitian para ahli di Indonesia terkait sumber daya hiu dan pari, menyajikan beberapa rekomendasi terhadap aspek biologi, populasi dan ekologi, sosial dan ekonomi’ serta pengelolaan dan konservasi hiu dan pari di Indonesia yang bisa dijadikan dasar kebijakan dimaksud.
Upaya pengelolaan hiu dan pari harus dijalankan secara berkelanjutan demi menjaga produktivitas laut dalam menyediakan sumber pangan dari sektor perikanan. Namun untuk menunjang aksi tersebut, dibutuhkan data lengkap mengenai populasi, biologi, dan ekologi kedua jenis ikan tersebut, yang mana hingga saat ini masih sangat minim dan tersebar diberbagai pihak.
Selama dua hari, para pemakalah menyampaikan hasil penelitian mereka seputar tertangkapnya hiu dan pari berukuran kecil dan juvenile; penemuan beberapa jenis hiu yang selama ini dianggap jarang bahkan tidak ada di perairan Indonesia; pentingnya peran aktif para stakeholder dalam aspek penegakan hukum; serta perlunya penguatan masyarakat melalui pengembangan ekowisata berbasis kearifan lokal dan daya dukung lingkungan.Selain itu, aspek keterlacakan atau asal mula (traceability) untuk produk hiu dan pari beserta turunannya juga berperan penting dalam mendukung upaya pengelolaan berkelanjutan hiu dan pari di Indonesia.
“Kita punya pekerjaan rumah yang besar dalam menjaga bumi dan isinya, termasuk hiu dan pari. Namun pekerjaan rumah tersebut tidak dapat dilakukan secara individual. Oleh karena itu, para peneliti dan hasil-hasil penelitiannya memiliki peranan penting dalam upaya konservasi hiu dan pari di Indonesia,” jelas Direktur Kawasan Konservasi dan Jenis Ikan (KKJI) KKP, Agus Dermawan, saat acara pembukaan Simposium Hiu dan Pari Indonesia yang berlangsung kemarin (10/6). Acara ini terselenggara berkat kerjasama WWF-Indonesia dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Direktur Program Coral Triangle WWF-Indonesia, Wawan Ridwan, mengatakan, WWF-Indonesia siap untuk terus bekerja sama dengan pemerintah dan para ahli dalam meningkatkan upaya pengelolaan hiu dan pari di Indonesia, mengingat kedua spesies ini berperan penting dalam menjaga kesehatan ekosistem laut dan memastikan laut tetap produktif memberikan kontribusi untuk ketahanan pangan dari sektor perikanan.
Hiu dan pari banyak diburu sebagai tangkapan utama maupun tangkapan sampingan (bycatch) di beberapa lokasi di Indonesia seperti Laut Jawa Selat Karimata, Selat Makassar, serta dekat Samudera Hindia, Laut Tiongkok Selatan dan Samudera Pasifik. Kedua ikan bertulang rawan tersebut ditangkap dan dijadikan komoditi berkeuntungan besar. Hiu diburu untuk sirip, daging, kulit, minyak hati, dan tulang rawannya, sementara pari diambil insangnya untuk dimanfaatkan sebagai bahan tonik kesehatan di Tiongkok. (Marwan)
–>