![]() |
Danau Sentani, Foto : flickr. |
Salah satu sungai dilaporkan mengering adalah sungai Grime di Papua. Padahal dahulu sungai Grime menyediakan air yang melimpah yang dimanfaatkan petani untuk bercocok tanam.
Hal tersebut diungkapkan Sayid Fadhel Alhamid, Ketua Dewan Adat Papua dalam kesempatan diskusi isu perubahan iklim yang difasilitasi LSM HUMA di Jakarta kemarin. Menurutnya, dampak pemanasan global sudah dirasakan masyarakat, namun warga tak cukup informasi soal dampak perubahan iklim.
”Beberapa waktu lalu dilaksanakan diskusi di Gemnyen yang juga dihadiri masyakat petani dan nelayan. Mereka sungguh terkejut karena yang dirasakan adalah dampak dari pemanasan global. Misalnya, petani dan nelayan yang merasakan sungai-sungainya mengering. Termasuk sungai Grime juga mengering. Padahal dalam sejarah tidak pernah sungai grimei mengering,”ungkapnya.
Di Grimnyen, perkebunan kakao yang merupakan hasil peninggalan Belanda juga mengalami problem yang sama. Mereka mengalami gagal panen. Banyak hasil panen mereka yang bijinya mengeras dan harus dicongkel dari kulit buah. Dalam beberapa bulan lalu, kakaonya tidak sampai jadi buah.
Kondisi serupa juga dialami nelayan di sekitar Distrik Demta Kabupaten Jayapura, Papua, hasil tangkapan nelayan dilaporkan semakin sedikit akibat gelombang laut tidak menentu. Dinas perikanan membantu masyarakat mengadakan kapal penangkap ikan. Tetapi tidak berhasil karena operasional kapal tidak seimbang.
Sementara peternak ikan Danau Sentani, Jayapura juga mengeluhkan kondisi ikan yang dilepas di Danau Sentani tak kunjung membesar. “Di situ dibangun pasar ikan hidup tetapi sampai sekarang tidak ada yang dijual karena ikan yang ditaruh setahun lalu tidak berkembang menjadi besar. Padahal mereka sudah memberinya makan. Beberapa ikan juga ada yang mati. Dugaan masyarakat ada perubahan suhu danau yang menjadi panas. Apakah karena limbah atau pemanasan global, ini belum diketahui oleh masyarakat,”ujarnya.
Kondisi tersebut membuat sejumlah warga terpaksa beralih profesi sebagai tukang ojeg atau kerja serabutan lainnya. Banyak tanah garapan yang dijual untuk biaya hidup dan kebutuhan sehari-hari.
Fadhel berharap pemerintah bisa segera melakukan sosialisasi menyeluruh hingga ke pelosok tanah Papua. Masyarakat perlu dibantu untuk menjalankan proses adapatasi dan mitigasi. “Sehingga bukan hanya orang di kota Jakarta saja yang paham soal perubahan iklim termasuk semua kebijakan yang terkait dengan penanganan dampak perubahan iklim, kami juga harus tahu, karena berkaitan dengan kehidupan hidup kami di tanah Papua ini,” tegasnya. (Marwan Azis).