Panen Foto : Marwan Azis/Beritalingkungan.com |
Punya potensi pangan nomer dua di dunia, cadangan pangan Indonesia masih di bawah India. Konversi sawah memperparah kemungkinan defisit pangan pada 2014.
Neraca pangan dunia diperkirakan akan mengalami defisit 70 juta ton pada tahun 2025, dengan prediksi bumi dihuni delapan milyar penduduk. Kondisi yang sama akan melanda Indonesia. Menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia-FAO, tahun 2009 cadangan pangan Indonesia sekitar 6,7 juta ton atau sebesar 0,028 ton/orang dibandingkan dengan jumlah penduduk 240 juta orang. Cadangan relatif ini lebih kecil dibandingkan Amerika Serikat 0,172, Cina 0,133 dan India memiliki 0,030 ton per orang.
Saat ini luas irigasi teknis maupun non-teknis sekitar 7,8 juta hektare yang menghasilkan 68 juta ton padi pertahun dan akan dipakai untuk menambah produksi padi hingga 70 juta ton gabah kering giling pada 2014.
“Dibutuhkan lahan minimal 1 juta hektare lebih karena peningkatan produktivitas tanaman padi kita sudah dilakukan dan maksimal,” kata Direktur Budi Daya Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Rahman Pinem, dalam Seminar Nasional Tanah untuk Rakyat di Hotel Le Meridien, Rabu (26/9).
Sedangkan Ketua Komisi IV DPR RI M. Romahurmuzy berpendapat, salah satu penghambat peningkatan jumlah pangan adalah alih fungsi lahan, “Luas lahan pertanian mengalami alih fungsi menjadi permukiman, infrastruktur, fasilitas umum dan sosial sebanyak 100-200 ribu hektare per tahun,” ucapnya.
Padahal potensi pangan Indonesia menempati urutan kedua setelah Brasil. Indonesia diperkirakan memiliki 77 jenis sumber karbohidrat, 75 sumber lemak, 26 kacang, 389 buah-buahan, 228 sayuran, 48 bahan minuman, dan 110 tanaman rempah.
Peneliti Senior dari Sajogyo Institute, Noer Fauzi Rachman mengungkapkan lahan yang masih dapat diubah menjadi sawah, yaitu adanya kawasan hutan negara seluas 8,15 juta hektare yang tergolong Hutan Produksi Konversi (HPK), dan berada di 474 lokasi di 17 provinsi dari total HPK seluas 22,1 juta hektar. Sayangnya saat ini lebih dari 13 juta hektare sudah dikuasai oleh masyarakat lokal.
” Konversi tidak pernah dijalankan karena koordinasi Departemen Kehutanan dan Badan Pertanahan Nasional tidak memadai,” ujarnya. Kalau tak gesit membehani persoalan koordnasi untk konversi ini, ramalan krisis pangan bisa jadi kenyataan pahit. (Bellina Rosselini/IGG Maha Adi/SIEJ).