Ilustrasi Kebakaran Hutan. Foto : Istimewa. |
PEKANBARU,BL-Oktober 2012 diproyeksikan akan terjadi El Nino. Informasi itu didasarkan pada data yang dikeluarkan Fire Danger Rating System(FDRS).
Hal tersebut disampaikan Menteri Lingkungan Hidup, Prof Balthasar Kambuaya, MBA dalam rapat koordinasi terpadu pengendalian kebakaran hutan yang bertempat di Kantor Gubernur Riau, (18/7).
El Nino adalah peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai barat Peru – Ekuador (Amerika Selatan yang mengakibatkan gangguan iklim secara global). Biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut dingin karena adanya up-welling atau arus dari dasar laut menuju permukaan. Akibatnya, angin yang menuju Indonesia hanya membawa sedikit uap air sehingga terjadilah musim kemarau yang panjang.
Hal tersebut akan memperburuk kebakaran lahan dan hutan di sejumlah daerah di Indonesia. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup, ada 8 provinsi di Indonesia yang diproyeksikan rawan terjadi kebakaran lahan dan dan hutan.
Kedelapan provinsi itu antara lain Sumatera Utara, Riau, jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan. Fenomena alam El Nino diperkirakan akan memperpuruk kebakaran lahan dan hutan di Indonesia.
FDRS juga memprediksi curah hujan akan menurun untuk beberapa bulan kedepan. “Oleh karena itu, perlu antisipasi kebakaran lahan dan hutan pada 8 provinsi rawan dan potensi pencemaran asap lintas batas Negara serta pengamanan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 di Provinsi Riau September 2012,”kata Balthasar Kambuaya.
Pada kesempatan tersebut Balthasar Kambuaya juga menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan kondisi saat ini yaitu hasil pertemuan Technical Working Group (TWG) dan Ministerial Steering Committee (MSC) di Brunei Darussalam 7-9 Mei 2012, kondisi yang akan datang dan tindak lanjut.
Kondisi saat ini, berdasarkan pemantauan satelit NOAA 18, dari Januari sampai 15 Juli 2012, jumlah titik panas tertinggi di Provinsi Riau (2643), Sumatera Selatan (1180) dan Kalimantan Barat (1053). Di Provinsi Riau, Kabupaten Pelalawan tertinggi (527), Bengkalis (420) dan Rokan Hilir (405).
Fire Danger Rating System pada 15 Juli 2012 menunjukkan bahwa Provinsi Riau dan Kalimantan Barat sangat mudah kebakaran dan akan sangat sulit untuk dikendalikan dan mengakibatkan penurunanIndeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan pencemaran asap lintas batas. FDRS adalah sistem untuk mengetahui tingkat kerawanan kawasan yang didasarkan pada kelembaban, suhu, dan curah hujan.
Tinjauan lapangan pada 19-21 Juni 2012 di Riau dan Kalimantan Barat terlihat bahwa kebakaran terjadi di lahan milik masyarakat, kawasan hutan dan perkebunan.
Menurut Balthasar Kambuaya, sistem peringatan dini, pencegahan dan penanggulangan serta penegakan hukum di daerah masih harus ditingkatkan. “Peningkatan kerjasama antar Kementerian dan Lembagaa serta pemda juga perlu ditingkatkan. Disamping itu, partisipasi swasta dan masyarakat masih belum optimal,”tandasnya. (Marwan Azis).