RIAU, BERITALINGKUNGAN.COM- Dalam rangka memperingati Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2024, Belantara Foundation bersama dengan mitra sektor swasta dari Jepang, Vanfu, melaksanakan penanaman pohon secara simbolis di Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Hasyim (SSH), Provinsi Riau.
Acara yang berlangsung pada Rabu, 21 Agustus 2024 lalu ini juga didukung oleh Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan Sultan Syarif Hasyim (KTH SSH), serta pemangku kepentingan setempat.
Penanaman bibit pohon balangeran (Shorea balangeran), yang merupakan jenis pohon langka dan perlu dilestarikan, menjadi bagian dari upaya bersama untuk mengatasi triple planetary crisis yang meliputi perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Aksi ini juga merupakan bagian dari program Forest Restoration Project: SDGs Together, yang bertujuan untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia dalam pengurangan emisi gas rumah kaca, khususnya di Pulau Sumatra.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna, menekankan pentingnya kolaborasi multipihak dalam upaya mitigasi perubahan iklim dan pelestarian keanekaragaman hayati. “Menanam dan merawat pohon adalah aksi kecil yang memiliki dampak besar dalam mengatasi perubahan iklim dan menjaga ekosistem alam agar tetap lestari,” ujar Dolly kepada Beritalingkungan.com.
Chief Executive Officer Vanfu, Takayuki Suto, juga menyatakan dukungannya terhadap inisiatif ini. Ia berharap kegiatan penanaman pohon dapat menjadi warisan bagi generasi mendatang agar dapat hidup di lingkungan yang lebih lestari.
Representative Director APPJ, Tan Ui Sian, menambahkan bahwa kesadaran multi-stakeholders di Jepang terhadap dampak perubahan iklim semakin meningkat berkat program Forest Restoration Project: SDGs Together. Ia berkomitmen untuk terus mengajak lebih banyak pemangku kepentingan untuk terlibat dalam upaya pemulihan hutan dan pelestarian alam.
Kepala KPHP Minas Tahura, Sri Wilda Hasibuan, menuturkan bahwa sebagian besar kawasan Tahura SSH telah mengalami deforestasi dan degradasi akibat aktivitas ilegal. Ia berharap kolaborasi dengan Belantara Foundation dan mitra dari Jepang dapat membantu memulihkan fungsi kawasan hutan tersebut, sehingga dapat berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim dan pelestarian lingkungan.
Kegiatan ini menunjukkan komitmen bersama dalam melestarikan alam dan mengatasi dampak perubahan iklim, sekaligus mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia (Marwan Aziz)