Inilah Kapal Rainbow Warrior III. |
JAKARTA, BL- Bila tak ada aral melintang, kapal legendaris Greenpeace Rainbow Warrior III akan melakukan pelayaran ke perairan Indonesia pada bulan Mei hingga Juni 2013.
Crew kapal Greenpeace yang terkenal dengan aksi kampanye kreatifnya di berbagai belahan dunia ini, memasuki perairan Indonesia, untuk merayakan kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia. Sebagai negara kepulauan yang terdiri dari lebih 17.000 pulau tropis, Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman hayati paling kaya di dunia, baik di darat maupun di laut.
Rainbow Warrior III merupakan salah satu kapal yang dimiliki aktivis lingkungan yang tergabung dalam Greenpeace yang selalu berupaya menyelamatkan planet bumi dan melindungi warga dunia.
“Kapal kami berada di garis depan kampanye Greenpeace, kerap berlayar ke lokasi-lokasi terpencil untuk menyaksikan langsung serta melakukan aksi melawan perusakan lingkungan,”kata Rahma Shofiana, Jurukampanye Media Greenpeace Indonesia melalui keterangan tertulisnya yang diterima Beritalingkungan.com (7/5).
Kedatangan Kapal Rainbow Warrior III di Indonesia selain untuk merayakan kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia juga akan berkampanye seputar isu perlindungan hutan dan laut.
Kapal Rainbow Warrior ke tiga yang memulai operasinya pada tanggal pada 14 Oktober 2011 ini, diyakini sangat siap untuk mengawal kampanye Greenpeace lebih dari kapal greenpeace sebelumnya.
Sejarah Sang Pembela Lingkungan
Sebelumnya Greenpeace juga memiliki Kapal Ranbow Warrior kedua – yang menggantikan Rainbow Warrior pertama yang dibom pada tahun 1985 – saat berkampanye menghentikan uji coba nuklir di Pasifik, memblokir pelabuhan batubara dan menghentikan operasi penangkapan ikan yang merusak.
Rainbow Warrior II. Foto : Marwan Azis/BL |
Rainbow Warrior juga memiliki banyak cerita penyelamatan lingkungan di Indonesia. Februari 1994, Rainbow Warrior untuk pertama kalinya mendapatkan izin masuk ke Indonesia. Bersama WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), Greenpeace berkampanye “Asia Bukan Tempat Pembuangan Sampah Anda” Pada tahun itu banyak negara berkembang melakukan ekspor sampah beracun ke negara-negara Asia salah satunya ke Indonesia.
Greenpeace dan WALHI mendesak negara industri penghasil sampah menghentikan ekspornya yang sangat merugikan orang lain di Konvensi Basel II di Jenewa.
Dalam perjalanan menyelamatkan hutan Indonesia, Rainbow Warrior di tahun 2004 berlayar di Indonesia dan menemukan praktik-praktik illegal logging di Kalimantan. Bersama WALHI, Telapak dan Greenpeace mencoba memblokade jalur illegal logging dan mendesak pemerintah menegakkan hukum untuk meyelamatkan hutan Indonesia.
Tidak hanya berkampanye tentang penyelamatan lingkungan. Ketika Tsunami menghantam Nangroe Aceh Darussalam pada Desember 2004, Rainbow Warrior yang tengah berlayar di Asia memutar haluan menuju Aceh untuk menjadi bagian dari penyelamatankemanusian. Greenpeace dengan menyediakan kapal utamanya, Rainbow Warrior, membantu Médecins Sans Frontières dan LSM lainnya untuk mendistribusikan bantuan darurat.
Di tahun 2006 Kapal Greenpeace, Rainbow Warrior, berlayar ke Propinsi Papua untuk pertama kalinya sebagai bagian dari kampanye globalnya untuk membela hutan alam terakhiryang masih tersisa.
Pada tahun 2007 Rainbow Warrior kembali datang ke Indonesia, menyerukan kepada pemerintah Indonesia menghentikan pembukaan besar-besaran hutan Indonesia menjadi perkebunan kelapa sawit yang menghancurkan hutan dan mendorong kepunahan keanekaragaman hayati Indonesia. dalam Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) di Bali pada Desember 2007 Greenpeace mendorong penggunaan energi bersih untuk Indonesia.
Setahun jelang dipesiunkan Kapal Rainbow Warrior II pada Oktober 2010 kembali berencana berlayar ke perairan Indonesia untuk merayakan ulang tahun Greenpeace di Indonesia. Sayangnya Pemerintah Indonesia yang tidak mengizinkan kapal yang 21 tahun memiliki reputasi sebagai bagian penting dari kampanye penyelamatan lingkungan di berbagai belahan dunia ini. “Kami sangat kaget karena kini pemerintah Indonesia bersikap keras terhadap Rainbow Warrior dan para awaknya,” kata Von Hernandez Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara saat itu.
Setelah 22 tahun tak kenal lelah berada di garis depan kampanye pembelaan lingkungan di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia, Rainbow kedua memasuki waktu pensiun dari tugasnya di Greenpeace pada tanggal 16 Agustus 2011.
Kapal kampanye legendaris Rainbow Warrior II diserahkan oleh Greenpeace kepada Friendship, LSM yang bermarkas di Bangladesh yang akan mengubah Rainbow Warrior menjadi rumah sakit terapung. Kapal Rainbow Warrior II kemudian diberi nama baru, Rongdhonu, bahasa Bangladesh untuk pelangi, dipakai mengarungi pesisir Bangladesh untuk memberikan bantuan medis kepada masyarakat terpencil yang sudah merasakan dampak buruk perubahan iklim.
Kapal Rainbow III yang merupakan penerus kapal Greenpeace sebelumnya, menurut laman resmi Greenpeace dilengkapi sistem satelit komunikasi yang berada di kapal dilengkapi aliran langsung ke pusat satelit – Rainbow Warrior baru ini mampu menampilkan video siaran langsung dari lokasi kejahatan lingkungan langsung ke media di dunia.
Rainbow III juga diklaim sebagai kapal ramah lingkungan yang dikerjakan oleh beberapa insinyur yang mempuni dalam pembuatan kapal. Kapal ini memiliki layar utama dengan bantuan tenaga angin. Tinggi tiang 55 meter dengan sistem tiang canggih yang dapat membawa berlayar lebih jauh dari pada tiang konvensional dengan ukuran yang sama. Ini adalah pertama kalinya desain seperti ini dapat dipasang pada sebuah kapal dengan ukuran Rainbow Warrior.
Warrior tidak memiliki mesin penggerak untuk membantu saat cuaca buruk, tetapi dibangun dengan tenaga yang lebih ramah lingkungan. Sebuah tempat sebesar 59 meter kubik berwarna abu-abu dan hitam dapan menyimpan air,untuk mengurangi pembuangan secara langsung ke laut. Kapal ini juga dilengkapi dengan sistem biologi penyaringan untuk air bersih dan mendaur ulang air kotor.
Berdasar catatan dalam The Greenpeace Story terbitan Prentice Hall, nama Raibow Warrior diusulkan oleh Bob Hunter, salah seorang pendiri Greenpeace, yang mendapat inspirasi dari cerita di buku “Warriors of the Rainbow” karangan William Wiloya dan Vinson Brown yang diterbitkan Naturegraph pada 1962.
Dalam cerita itu dikisahkan ramalan suku Indian Cree di Amerika Utara, ramalan itu menyebutkan akan datang suatu masa ketika Bumi sekarat akibat keserakahan manusia, kemudian sebuah kumpulan dari berbagai latar budaya yang meyakini suatu aksi nyata bekerja untuk menyembuhkan Bumi. Mereka adalah Kesatria Pelangi (Warriors of the Rainbow).
Pemberian nama Rainbow Warrior bersamaan waktunya dengan rintisan Greenpeace sepanjang perjalanannya di Pasifik Utara pada 1971. Saat itu, ia bergabung sebagai jurnalis dalam sebuah kapal sewaan yang melakukan aksi menentang percobaan nuklir yang dilakukan Amerika Serikat di Pulau Amchitka, Kepulauan Aleutia.
Selamat datang crew Rainbow Warrior III di perairan Nusantara. (Marwan Azis)