
PENNSLVANIA, BERITALINGKUNGAN- Di ladang-ladang pedesaan Pennsylvania dan New York, ratusan lebah madu kini terlihat mengenakan fashion statement yang tidak biasa: QR code kecil yang ditempel di punggung mereka. Namun, ini bukan sekadar tren baru di dunia lebah, melainkan inovasi ilmiah yang membuka tabir rahasia kehidupan lebah di luar sarang.
Para peneliti dari Universitas Penn State menggunakan QR code ini untuk melacak waktu dan durasi perjalanan lebah dari sarang mereka. Studi ini bertujuan memahami seberapa jauh lebah madu bepergian untuk mencari makanan.
Penelitian ini menjadi tonggak baru dalam studi entomologi, dengan memanfaatkan teknologi canggih untuk menjawab pertanyaan yang selama ini sulit terjawab.
Lebah dengan “Kartu Akses” Digital
Sistem pelacakan ini dirancang seperti pintu masuk berteknologi tinggi. QR code yang menempel pada lebah—dikenal sebagai fiduciary tags—berfungsi seperti kartu akses yang mencatat setiap kali lebah keluar atau masuk sarang. Kamera sensor di pintu sarang memindai tag ini, mencatat waktu, arah pergerakan, hingga suhu lingkungan.
“Teknologi ini memungkinkan kami membuat pengamatan dalam skala yang tidak mungkin dilakukan secara manual,” ujar Margarita López-Uribe, profesor entomologi di Penn State seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman Universitas Penn State (23/01/2025). Dengan sistem otomatis ini, peneliti bisa memantau aktivitas ribuan lebah secara real-time, 24/7, tanpa gangguan.
Rahasia Perjalanan Lebah
Selama musim semi dan musim panas, tim peneliti menempelkan QR code pada lebih dari 32.000 lebah muda di enam sarang. Hasilnya mengungkap fakta menarik: sebagian besar perjalanan lebah hanya berlangsung 1–4 menit, yang mungkin hanya untuk memeriksa cuaca atau buang kotoran. Namun, sekitar 34% lebah menghabiskan lebih dari dua jam di luar sarang—mungkin karena perjalanan panjang mencari makanan atau tersesat.
“Penemuan ini menantang asumsi lama tentang umur dan perilaku lebah,” kata Robyn Underwood, pendidik apikultur Penn State. Lebah yang sebelumnya diyakini hidup 28 hari ternyata dapat hidup lebih lama dan aktif mencari makan selama enam minggu.
Potensi untuk Perlebahan Organik
Penelitian ini juga memberi harapan baru bagi perlebahan organik. Selama ini, standar USDA mengasumsikan bahwa lebah dapat terbang sejauh 10 kilometer dari sarang, sehingga persyaratan zona organik menjadi sangat besar. Namun, temuan awal menunjukkan sebagian besar lebah tidak terbang sejauh itu, yang berarti standar tersebut bisa saja disesuaikan.
“Dengan data ini, kita bisa membuat keputusan lebih presisi untuk mendukung perlebahan organik,” tambah López-Uribe.
Proyek ini melibatkan kolaborasi erat antara ahli biologi dan insinyur listrik. Tim insinyur dari Penn State, dipimpin oleh Julio Urbina, merancang sistem kamera otomatis yang tahan terhadap kondisi lingkungan pedesaan. Semua peralatan dirancang berbasis sumber terbuka, dengan biaya kurang dari $1.500 per sarang.
Masa Depan Penelitian Lebah
Ke depan, tim peneliti berencana melacak spesies lebah lain, termasuk lebah ratu dan drone, untuk memahami peran mereka dalam ekosistem sarang. Selain itu, workshop akan digelar bagi ilmuwan dan peternak lebah untuk mempelajari teknologi ini.
Penelitian yang didanai oleh USDA ini tidak hanya memperkaya pengetahuan tentang lebah, tetapi juga membuka peluang besar bagi konservasi dan pertanian organik yang lebih berkelanjutan (Marwan Aziz).