Suasana pagi ini tidak seperti biasanya, cerah. Sinar matahari memangkas semua kabut yang menutupi bumi Samboja. Terlihat jelas dari atas catwalk kandang sosialisasi, hamparan pohon yang berbaris hijau mengelilingi Suaka Beruang Madu ini. Para teknisi pun segera memulai aktivitasnya. Semangat, itu ekspresi yang tertangkap disetiap wajah mereka pada saat menurunkan bahan makanan untuk Beruang Madu.
Seperti hapal rutinitas para teknisi, Beruang Madu yang berada di kandang sosialisasi mulai memenuhi pagar yang langsung berbatasan dengan jalan. Begitu pula Beruang Madu yang berada di dalam sekat reintroduksi maupun isolasi. Mereka bahkan saling berseru (roaring), seolah-olah berkata, “Hei, jangan habiskan makanan ku!”
Salah satu teknisi mencoba memasukkan satu individu Beruang Madu ke dalam sekat dari kandang sosialisasi betina. Hal tersebut tidak memakan waktu yang lama karena teknisi memancing beruang tersebut dengan madu, salah satu jenis makanan yang paling disukai.
Ketika kandang sosialisasi betina telah kosong, seluruh teknisi yang bertugas beranjak masuk kedalamnya. Potongan demi potongan buah yang berada di dalam keranjang mulai disebar, aktivitas ini sering disebut dengan scatter feed.
Apa yang dilakukan oleh teknisi tidak serta merta disia-siakan oleh para Beruang Madu yang kelaparan. Pagar yang memisahkan kandang sosialisasi jantan dan betina tersebut telah dipenuhi oleh barisan Beruang Madu yang mengamati setiap gerak para teknisi yang menyebar makanan.
Raungan dan perilaku yang gelisah mulai terlihat disetiap individu. Seolah-olah mereka memanfaatkan indera penglihatan yang sebenarnya kurang berfungsi baik untuk menandai dimana masing-masing makanan itu disebar, sehingga nantinya akan mempermudah mereka saat berganti kandang.
Ketika aktivitas para teknisi dalam menyebar makanan telah selesai, maka salah satu teknisi mulai membuka panel penghubung kandang sosialisasi jantan dan betina untuk memindahkan 23 individu Beruang Madu betina. Ketidaksabaran yang tercipta membuat seluruh Beruang Madu berdesak-desakan masuk ke dalam panel tersebut.
Hal ini membuat beberapa individu terlibat perkelahian kecil, tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama karena mereka lebih mengutamakan rasa lapar yang sudah tidak terbendung daripada amarah karena tersenggol saat berdesakan didalam panel tadi.
Dengan mengandalkan indera penciuman mereka mencari makanan yang telah ditebar oleh para teknisi. Ada yang berhasil menemukan potongan pepaya yang diletakkan di ujung kayu, ada juga yang berhasil mendapatkan potongan-potongan tempe dan kacang tanah yang disebar merata di atas tanah, bahkan ada yang memilih untuk berendam terlebih dahulu didalam kolam buatan sebelum akhirnya mengendus makanan untuk dirinya.
Pada dasarnya, seluruh makhluk hidup yang diciptakan oleh Tuhan memiliki kemampuan untuk mencari makan. Melihat Beruang Madu terus melatih indera penciumannya ketika mencari makan, memang merupakan hal yang menyenangkan apabila individu tersebut berhasil menemukan makanan yang disebar oleh teknisi.
Semoga kemampuan dan kemandirian mereka akan terus meningkat hingga akhirnya mereka bisa kembali ke alam liar dan hidup bebas. [Roma Siregar]