Foto : Burung Indonesia. |
JAKARTA, BL-Disaat Jakarta merayakan hari jadinya yang ke 484, kota yang dulu bernama Batavia ini telah menjelma kota terpadat di Indonesia. Kondisi ini memberikan tekanan terhadap kawasan ruang terbuka hijau yang semakin menyusut. Padahal idealnya sebuah kota memiliki 30 persen wilayah hijau.
Banyak kalangan berharap Jakarta yang telah kehilangan banyak kawasan alaminya dapat memperbaiki kualitas lingkungan dan menghadirkan kembali alam di tengah kota.
Memperbaiki kualitas lingkungan di perkotaan sangatlah penting, karena semakin banyak orang yang kini tinggal di kota. Pesatnya laju urbanisasi di Indonesia membuat komposisi penduduk berubah. Saat ini, setengah dari populasi dunia tinggal di perkotaan. Tahun 2030, diperkirakan setengah populasi di Indonesia tinggal di kota.
Ada kebutuhan untuk mengembangkan ekosistem kota yang lebih baik. Menghadirkan alam kembali di dalam kota bermakna lebih besar daripada sekedar menghiasinya.
Di acara ulang tahunnya yang ke 9 Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia mengajak masyarakat untuk mengembangkan kota ramah burung memperbaiki kualitas lingkungan alami. “Kota ramah burung, yang memungkinkan kehadiran hidupan liar menjadi bagian dari kualitas hidup,”kata koordinator kampanye media Burung Indonesia, Fahrul P Amma.
Melalui konsep BarU (Birds Around Us), Burung Indonesia, berupaya mengembangkan kawasan ramah burung di areal terbuka hijau. Perencanaan kawasan yang mempertimbangkan kaidah ekologis ini sangat memungkinkan terciptanya habitat yang lebih baik serta mengundang kehadiran burung di tengah kota.“Burung adalah indikator alami kualitas lingkungan. Penampilan yang cantik dan suara kicauannya memberikan nuansa alami,”kata staf Media Burung Indonesia, Rahmad Rahmad, disela-sela acara “Birds Around Us Walk & Talk” 2011 yang bertempat Taman Kota Kridaloka, Senayan, Jakarta (23/7).
Acara tersebut dikemas dalam bentuk talk show yang menghadirkan sejumlah narasumber Prof Johan Iskandar, MSc, PhD (Guru Besar Etnobiologi UNPAD) dan Prof Dr Ir Hadi Susilo Arifin MS (Guru Besar IPB bidang Pengelolaan Langskap).
Mereka berbincang mengenai mengenai keragaman burung kota serta bagaimana pekarangan ramah burung dapat berkontribusi dalam upaya pelestarian burung di wilayah perkotaan.“Burung Indonesia berharap acara ini dapat menjadi media untuk mengapresiasi keberadaan kawasan ruang terbuka hijau beserta hidupan liar, sebagai bagian dari ekosistem kota,”kata Rahmadi Racmad, staf media Burung Indonesia.
“Masyarakat diharapkan akan termotivasi untuk mengembangkan pekarangan ramah burung. Pekarangan merupakan benteng terakhir bagi burung kota,”tambahnya.
Pekarangan yang hijau tidak hanya mempercantik kota, tapi juga memberi keteduhan, menyaring polusi kendaraan, merendam kebisingan dan menyerap kelebihan air di kala hujan. “Kita dapat menghijaukan Jakarta dimulai dari pekarangan kita,”tandasnya. (Marwan Azis).