JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Koalisi Kawali Indonesia Lestari (Kawali) Kaltim mengembangkan Program Adopsi Pohon dan Satwa Endemik Borneo untuk mendukung Program konservasi Alam dan pelestarian Satwa Endemik Borneo.
Martinus Joko, Ketua Kawali Kaltim mengatakan, ide itu terinspirasi dari Program Adopsi Sarang Burung yang dijalankan oleh Sahabat Burung jatimulyo Kelik di Desa Ramah Burung- Jatimulyo- Kulonprogo- Jogjakarta , dan Program Adopsi Mangrove yang digagas oleh sahabat Candra Firmansyah di Kampung Blekok- Situbondo- Jatim.
Dijelaskan, logika dasarnya adalah memberi kesempatan kepada banyak pihak untuk berpartisipasi langsung ataupun tidak langsung dalam gerakan konservasi dan penyelamatan Satwa Endemik Borneo.
Contohnya orang-orang kota yang notabene tidak punya lahan tanam, tidak punya bibit tanaman dan tak punya waktu dan ketrampilan dalam hal menanam, merawat pohon, memelihara dan merawat satwa tapi punya kepedulian dan kelebihan sumberdaya finansial.
Dilain pihak orang orang kampung/komunitas masyarakat adat yang mempunyai lahan luas dan punya bibit Flora dan Fauna memiliki kemampuan dalam menanam pohon dan merawat hewan endemik tapi kekurangan sumber pendanaan.
Padahal, bila orang orang desa yang tinggal di Wilayah Hutan perbukitan/pegunungan dan daerah resapan air/ DAS tidak menanam pohon karena alasan finansial. Lebih baik tanahnya ditanami tanaman sayur dan tanaman musiman yang berumur pendek.
Maka bila kondisi iklim berubah,curah hujan sangat tinggi,maka kelebihan air yang tidak mampu diserap oleh permukaan tanah karena luas permukaan resapan berkurang kuantitas dan kualitasnya karena alih fungsi lahan dll, serta apabila tidak ada pelestarian binatang endemik maka akan terjadi putus rantai makanan yg berpengaruh terhadap banyak hal yang pasti dampaknya negatif.
Maka akan terjadi aliran permukaan,aliran air bercampur lumpur dan materi materi organik lainnya akan langsung masuk parit. Dari parit akan masuk kali.
Lalu mereka akan bersama sama piknik ke daerah yang lebih rendah yaitu di kota. Disana. Air dari berbagai pelosok kampung akan melakukan reuni dan gathering,temu kangen dan lain-lain.
Sedangkan binatang endemik seperti rangkong petani sejati bila semakin hilang maka penyebar bibit alami hilang dan berkurang jumlah pohon baru dihutan. Serta bila pemangsa alami seperti macan dahan Borneo dan kucing emas borneo hilang maka banyak hama dan binatang pengerat tak terkendali. “Yang pastinya akan membanjiri pemukiman warga,”ujarnya melalui keterangan tertulisnya yang diterima Beritalingkungan.com.
Ditambahkan, bila orang orang desa sekitar hutan dan pegunungan serta di daerah aliran sungai mau menanam pohon, serta melestarikan flora dan fauna maka orang-orang kota yang ikut merasakan manfaatnya.
Salah satu solusi yang Kawali Kaltim tawarankan adalah adopsi pohon dan satwa endemik yang dikembangkan/ditangkarkan warga bersama Kawali.
Orang orang kota atau siapa saja mereka yang mempunyai kepedulian dan kesadaran lingkungan tapi tidak punya fasilitas, sarana dan prasarana pendukung dapat mentransfer sejumlah dana kepada masyarakat desa untuk menanam, merawat pohon dan memelihara/breeding sawta Endemik
Misalkan mereka mentransfer uang senilai Rp. 50.000,00 kepada penduduk desa. Uang itu dipakai untuk meningkatkan dan memperbanyak bibit Flora/fauna. biaya tanam dan perawatan sampai Flora dan Fauna itu hidup berkembang.
Bila tanaman itu mati, maka harus diganti. Dan satwa Endemik juga sekolah untuk persiapan rilis.
Bila program ini berhasil. Dapat diandaikan bahwa jumlah Flora dan Fauna di daerah Hutan dan pegunungan akan meningkat secara signifikan. Dan dalam 5-10 tahun.
“Dampak positifnya akan dapat dinikmati oleh penduduk sekitar lokasi tanam maupun oleh para donatur yang ada jauh di hilir sungai. Dan dimanapun berada,”tandasnya. (Wan)