JAKARTA, BL-Guncangan gempa berskala 5,8 SR yang berpusat di sekitar 200 Kilometer tenggara Jakarta, pukul 02:10 WIB hari ini, membuktikan ketepatan prediksi beberapa ahli gempa
Menurut Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief, kemajuan dalam bidang peramalan gempa tersebut selayaknya disikapi oleh pemerintah di daerah-daerah yang mengalami peningkatan potensi gempa, seperti Jakarta dan Surabaya, dengan membuat peta mikrozonasi gempa.
“Peta seismic hazard 2010 yang disusun 9 ahli gempa Indonesia menunjukkan, Jakarta mengalami peningkatan percepatan batuan dasar. Beberapa daerah lain seperti Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang juga mengalami hal serupa. Jika pemerintah daerah mau memulai riset mikrozonasi gempa, potensi gempa di tiap-tiap kota itu akan dapat dipetakan dengan lebih baik,” kata Andi Arief melalui siaran persnya.
Andi menjelaskan, peta mikrozonasi gempa akan menjadi panduan untuk mitigasi dan antisipasi gempa, sehingga kerusakan besar seperti yang terjadi pada gempa di Mexico City tahun 1985 dapat dihindari.
Gempa Mexico City berskala 8,1 SR itu menewaskan 9,500 orang, mencederai lebih dari 30,000 orang serta membuat 100,000 lainnya kehilangan tempat tinggal. Di samping itu, 412 bangunan roboh dan sekitar 3,200 lainnya rusak parah.
“Peta mikrozonasi harus diikuti dengan emergency plan. Jakarta dan Surabaya memiliki banyak fasilitas dan gedung gedung vital, sehingga perlu mempersipkan langkah-langkah darurat. Emergency plan akan membantu pemerintah memastikan bahwa infrastruktur penting seperti perbankan, telekomunikasi, dan internet dalam kondisi aman. Selain itu, jumlah kerugian dan biaya pemulihan juga dapat diperkirakan sebelumnya,” lanjut Andi.
Beberapa kota besar di dunia seperti Tokyo, Ankara, dan Manila,telah memiliki peta mikrozonasi gempa semacam ini. Kota Metropolitan seperti Jakarta dan Surabaya, sudah selayaknya memprioritaskan riset mikrozonasi itu, khususnya untuk mengetahui sejauhmana kelabilan tanah di kota-kota tersebut.
Dalam setahun terakhir, warga Jakarta merasakan sedikitnya tiga kali goyangan gempa. Sebelum gempa Kamis subuh (12/8), September dan Oktober tahun lalu juga terjadi dua gempa berkuatan 7.0 dan 6.1 SR yang berpusat di red zone sekitar Selat Sunda atau Sukabumi.
Sejak tahun 1969, terjadi sekitar 20 kali yang berdampak ke Jakarta. Hampir setiap gempa tersebut memiliki potensi merambat hingga ke Jakarta.
Warga Surabaya pun belum lama ini dikagetkan dengan terjadinya gempa di Bangkalan, Madura. Gempa berkekuatan 5,3 SR yang terjadi 9 Agustus lalu itu mengirimkan pesan sinyalemen bahwa patahan aktif di sekitar Surabaya memerlukan perhatian yang serius.
“Sayangnya hingga saat ini, penelitian yang lebih spesifik mengenai patahan Surabaya dan juga patahan Jakarta, belum pernah dilakukan. Pembuatan peta mikrozonasi yang komprehensif akan membantu kita mengetahui dengan lebih jelas keberadaan patahan-patahan tersebut,” tandas Andi. (Marwan Azis)