Badak, satwa endemik pulau Jawa dan hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon ini merupakan satwa paling langka di dunia. Foto: Istimewa
JAKARTA, BL-Tim Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan WWF-Indonesia kembali berhasil mendokumentasikan keberadaan Induk badak Jawa (Rhinoceros sondaicus,) dan anaknya di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.
Dalam rekaman videojebak (video trap) pada November 2010, didokumentasikan keberadaan induk dan anak badak berkelamin jantan. Tampak dalam gambar pasangan induk dan anak tersebut berjalan mendekat ke arah kamera jebak. Selama periode November hingga Desember, induk dan anak jantan ini beberapa kali melintasi video jebak tersebut, sehingga proses identifikasi dapat dilakukan dengan relatif mudah dan akurat. Video dapat di unduh di link berikut: http://gvn.panda.org/pages/search.php?search=!collection807&k=78397262ad
Bukti keberadaan sepasang induk dan anak badak lainnya diperoleh pada awal Desember 2010. Video berdurasi 30 detik ini mendokumentasikan seekor anak badak yang berukuran lebih besar dari pada anak jantan yang ditemukan sebelumnya—saat sedang melintasi video jebak dengan induknya.
Identifikasi lebih lanjut menunjukkan bahwa individu tersebut adalah anak betina yang diperkirakan berusia sekitar 1 tahun. Badak Jawa adalah salah satu spesies terlangka di dunia dengan perkiraan jumlah populasi tak lebih dari 50 individu di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Status badak Jawa tercatat sebagai sangat terancam (critically endangered) dalam Daftar Merah badan konservasi dunia IUCN.
Penemuan ini disambut baik oleh berbagai kalangan terutama penggiat konservasi karena menjadi bukti perkembangbiakan badak Jawa di Taman Ujung Kulon.
“Bukti keberadaan dua anak badak ini merupakan penemuan penting karena memberikan informasi mengenai dinamika populasi badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon,” kata Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Agus Priambudi.
Menurutnya, dengan adanya dua anak ini, populasi badak Jawa tetap stabil pada kisaran 50 individu di TN Ujung Kulon seperti dirilis laman resmi WWF Indonesia.
“Hasil rekaman video jebak ini juga memberikan masukan penting bagi metode penghitungan dan pemantauan populasi badak yang selama ini telah dilakukan, dan diharapkan hasil yang diperoleh dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi upaya pelestarian satwa langka ini” lanjutnya.
Ia menambahkan, mulai Februari 2011, pengelolaan penggunaan kamera dan video jebak akan sepenuhnya dilakukan oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Sebelumnya, sejak 2001 pengelolaan kamera dan video jebak dikoordinir bersama antara WWF-Indonesia dengan Balai TNUK.
“WWF menyambut baik dan siap mendukung pengelolaan kamera dan video trap ini oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon serta mentransfer metode survei dan informasi penting yang telah dikumpulkan selama ini untuk menjamin pelaksanaan yang efektif di masa yang akan datang,” kata Adhi Hariyadi, Project Leader kantor program WWF di Ujung Kulon.
Setelah berhasil mendeteksi 14 kelahiran badak dalam kurun waktu 10 tahun terakhir menggunakan metode kamera dan video jebak, saat ini penelitian tentang Badak Jawa diarahkan untuk memperoleh informasi penting tentang pola perilaku, distribusi, keragaman genetika, asupan nutrisi, serta risiko penyakit dan cekaman (stress).
“Teridentifikasinya anak betina merupakan angin segar bagi upaya pelestarian spesies tersebut karena selama ini mayoritas anak badak Jawa yang berhasil diidentifikasi adalah jantan,” tandasnya. (Marwan Azis).