JENEWA SWISS, BL-Indonesia bukan lagi supermarket bencana, tetapi kini sudah menjadi laboratorium bencana, demikian pernyataan Syamsul Maarif dalam pidatonya di depan sekitar 35 orang delegasi Republik Indonesia untuk Global Platform pengurangan risiko bencana , Duta Besar serta lebih dari 20 orang staf Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di Jenewa kemarin.
Pernyataan ini senada dengan pesan Dian Triansyah Djani, Duta Besar RI untuk Jenewa, yang mengatakan bahwa, sudah saatnya Indonesia mengirimkan ahli-ahlinya ke wilayah-wilayah bencana lainnya, karena Indonesia telah memiliki tenaga ahli yang memiliki pengalaman dalam penanganan bencana seperti bencana tsunami yang terjadi 2006.
“Pasca tsunami banyak permintaan melalui PTRI di Jenewa untuk tenaga ahli. Ketika terjadi bencana di Myanmar, saya sendiri terlibat langsung untuk menangani bencana yang terjadi 2008. Kami berharap delegasi RI saat ini dapat menyuarakan pengalaman tersebut dengan baik, karena memang kita saat ini telah memiliki keahlian dalam mengelola bencana,”kata Dian Triansyah saat jamuan makan malam di Kantor PTRI (16/6).
Global Platform untuk pengurangan risiko bencana ini merupakan pertemuan kedua, diharapkan dari kegiatan tersebut akan dihasilkan agenda dan strategi yang akan dilakukan untuk masa dua tahun. Selain itu pertemuan ini juga merupakan pertemuan evaluasi kerangka kerja Hyogo (HFA), dimana Indonesia adalah salah satu penandatangannya.
Pertemuan yang dihadiri lebih dari 1500 utusan dari 150 negara dan lebih dari 120 lembaga international dan nasional, LSM dan peneliti, akan berlangsung dari tanggal 16 – 19 Juni. Konferensi ini dijadwalkan akan dibuka oleh oleh Sekjen PBB Ban Ki-Moon dan juga Presiden Swiss Hans Rudolf Merz. (Rini-Anton)