Ilustrasi petani kelapa sawit. Foto : Greenpeace Indonesia.
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM – Sejumlah lembaga organisasi masyarakat sipil nonprofit telah meluncurkan Panduan Bebas-Deforestasi yang bertujuan untuk mendukung petani kecil di Indonesia, termasuk petani sawit, karet, dan cokelat.
Pedoman ini tidak hanya membantu menjaga hutan mereka tetap utuh, tetapi juga memastikan produk yang dihasilkan memenuhi standar bebas-deforestasi untuk dapat bersaing di pasar global.
Sabaruddin, Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), menyatakan, petani kecil sering kali disalahkan atas masalah deforestasi dan sering kali terpinggirkan dari pasar. “Kolaborasi kami dengan petani kecil membuktikan bahwa mereka mampu menerapkan praktik bebas-deforestasi. Dengan panduan ini, kami berharap para petani kecil dapat memperoleh akses yang lebih adil ke pasar dan membantu pemerintah dalam upaya mengurangi deforestasi.”ujarnya Sabaruddin melalui keterangan persnya yang diterima Beritalingkungan.com (02/07/2024).
Panduan ini telah dikembangkan selama lebih dari enam tahun melalui kolaborasi antara High Carbon Stock Approach (HCSA), SPKS, Yayasan Petani Pelindung Hutan (4F), Greenpeace, dan High Conservation Value Network (HCVN). Uji coba lapangan dilakukan selama empat tahun di Kalimantan Barat untuk memastikan panduan ini sederhana dan dapat diadaptasi dengan baik oleh komunitas lokal.
Pedoman praktis ini berisi langkah-langkah konkret, seperti cara mengidentifikasi dan memetakan area hutan dan lahan di kampung mereka. Setiap tahapan praktis dalam panduan ini membutuhkan persetujuan yang didasarkan pada informasi yang jelas, tanpa adanya paksaan, sesuai dengan prinsip Free, Prior, and Informed Consent (FPIC) dari komunitas terkait.
Tirza Pandelaki, Direktur Eksekutif Yayasan Petani Pelindung Hutan (4F), menambahkan, “Kami bekerja sama dengan petani kecil di desa, termasuk perempuan petani dan anak muda, untuk menyusun panduan ini. Kami telah melihat dampak positifnya dengan hutan yang terjaga dan peningkatan kualitas hidup petani kecil. Kami berharap panduan ini dapat diterapkan di seluruh Indonesia dan memberikan insentif yang menguntungkan bagi petani kecil untuk melindungi hutan mereka.”
Panduan Bebas-Deforestasi untuk Petani Kecil juga diharapkan dapat memperkuat kelembagaan dan tata kelola sumber daya alam, serta menerapkan perangkat manajemen dan pemantauan untuk melindungi hutan. Ini juga memberikan insentif kepada masyarakat untuk mendukung upaya perlindungan lingkungan.
Kiki Taufik, Kepala Global Kampanye Hutan Indonesia Greenpeace, menyimpulkan, “Dengan panduan ini, petani kecil memiliki peran penting dalam membantu Indonesia mencapai target konservasi dan komitmen iklim. Greenpeace berkolaborasi untuk memastikan bahwa petani kecil dapat membuktikan bahwa mereka bisa berkontribusi dalam melindungi hutan dan memenuhi standar internasional seperti yang diatur dalam UU Komoditas Bebas Deforestasi Uni Eropa (EUDR).”
Panduan ini tidak hanya menjadi alat bagi petani kecil untuk mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan tetapi juga membuka peluang bagi mereka untuk terlibat dalam rantai pasok global yang berkelanjutan, menjaga hutan dan keanekaragaman hayati, sambil tetap menghormati hak-hak masyarakat adat dan komunitas lokal.
Sayang panduan tersebut berbahasa Inggris, dan belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sehingga mungkin akan menyulitkan bagi petani untuk memahaminya (Marwan Aziz).
Baca Panduan Bebas-Deforestasi untuk Petani Kecil Indonesia di tautan ini.