Ilustrasi : Gosong sula. |
BOGOR, BL- Burung Gosong Sula (Megapodius bernsteinii) tahun ini dilaporkan statusnya mengalami peningkatan status dari Mendekati Terancam Punah ke Rentan. Demikian rilis Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia), LSM yang bergerak di bidang pelestarian burung Indonesia.
Meningkatnya status keterancaman burung yang termasuk dalam suku Megapodiidae ini didasari atas semakin berkurangnya populasi mereka akibat habitat alaminya mengalami kerusakan. Di alam, Burung Gosong Sula jumlahnya diperkirakan sekitar 1000 ekor.
Dengan peningkatan status Gosong Sula, maka pada tahun 2011 ada 123 jenis burung yang masuk kategori terancam punah, meningkat dari 122 jenis pada tahun lalu. Rinciannya meliputi 18 jenis masuk dalam kategori Kritis (Critically Endangered/CR), 31 jenis masuk dalam kategori Rentan (Endangered), dan 74 jenis masuk dalam kategori Rentan. Seluruhnya masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Menurut Jean-Christophe Vié, Deputy Director IUCN Global Species Programme, semakin tingginya jumlah jenis burung yang terancam punah menunjukkan bahwa inisiasi konservasi harus dilakukan sesuai tempatnya. Sedangkan Dr. Stuart Butchart dari BirdLife’s Global Research and Indicators Coordinator berpendapat bahwa nasib burung-burung liar sangat bergantung dengan kondisi alam sebagai habitatnya.
Hutan merupakan habitat penting bagi kehidupan burung. Dari seluruh jenis burung terancam punah di Indonesia, lebih dari setengahnya tinggal di hutan sebagai habitat utama. Di Taliabu Kepulauan Sula, misalnya. Konversi hutan untuk lahan pertanian membuat gosong sula mulai kehilangan habitat. Bersama telurnya juga, daging burung berukuran 35 cm ini masih menjadi primadona masyarakat untuk dikonsumsi. Akibatnya, pertambahan populasi gosong sula terhambat.
“Gosong sula merupakan burung yanga hanya dapat ditemui di Kepulauan Banggai dan Sula, kawasan Wallacea” jelas Dwi Mulyawati, Bird Conservation Officer Burung Indonesia. Burung ini merupakan penghuni habitat hutan dataran rendah dan kawasan pantai. Biasanya ia berpasangan atau bila dalam kelompok jumlahnya mencapai lima ekor. Burung berwarna coklat sangat tua ini memanfaatkan panas bumi saat mengerami telurnya, sebagaimana burung maleo senkawor (Macrocephalon maleo). “Di alam, jumlahnya diperkirakan sekitar 1000 ekor”ungkapnya.
Menurutnya, upaya perlindungan perlu dilakukan dengan memprioritaskan pada Daerah Penting bagi Burung (DPB). “Meski saat ini, tantangan yang dihadapi adalah tidak semua DPB berada di kawasan konservasi dan sebagian lagi tersebar di wilayah hutan alam produksi”tandasnya. (Marwan Azis).