PALEMBANG, BERITALINGKUNGAN.COM – Belantara Foundation berkolaborasi dengan Forest Wildlife Society dan Rumah Sriksetra, yang didukung KNCF (Keidanren Nature Conservation Fund) dan APP Sinar Mas, menggelar pelatihan mitigasi konflik manusia dan gajah, di Sugihan-Simpang Heran, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan.
Selain itu, edukasi dan penyadartahuan anak tentang gajah dan ekosistemnya, serta penanaman pakan gajah dan penggaraman tanah untuk kebutuhan mineral gajah juga diberikan,
Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dolly Priatna mengatakan, upaya pelatihan mitigasi konflik, serta edukasi dan penyadartahuan anak tentang gajah sumatra dan ekosistemnya, telah memberikan harapan atau asa bagi masa depan gajah Sumatra (Elephas maximus sumatrensis), di Sugihan-Simpang Heran.
Asa tersebut tergambar dalam film dokumenter “Asa Gajah Sumatra di Air Sugihan”.
Di film itu, terlihat bahwa tokoh masyarakat, guru, dan anak-anak dari sejumlah desa di Air Sugihan, yang berbatasan langsung dengan kantong Sugihan-Simpang Heran, ternyata memahami gajah Sumatra.
“Mereka sadar bahwa gajah Sumatra harus dilindungi. Mereka rela berbagi ruang hidup dengan gajah Sumatra,” ujar Dolly.
Harapan ini tentunya merupakan kabar baik, dan penting untuk dijaga, sehingga gajah Sumatra di Sugihan-Simpang Heran terus hidup harmonis dengan manusia yang berada di sekitarnya.
“Upaya selanjutnya adalah memperluas kesadaran tersebut pada masyarakat di Air Sugihan, serta melibatkan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi di Sumatra Selatan, sebagai laboratorium ilmu pengetahuan dan edukasi,” ungkap Dolly.
Menurut Dolly yang juga Dosen Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, gajah Sumatra merupakan salah satu spesies atau sub spesies gajah yang masih bertahan di Pulau Sumatra. Dari masa purba (megalitikum) hingga hari ini, gajah memiliki hubungan istimewa dengan manusia di Pulau Sumatra.
Selama ratusan tahun, masyarakat yang hidup berdekatan atau sekitar habitat atau koridor gajah, hidup harmonis dengan gajah. Namun dalam 25 tahun terakhir, muncul konflik antara manusia dengan gajah sumatra. Korbannya bukan hanya gajah, namun juga manusia.
“Salah satu wilayah konflik tersebut terdapat di kantong gajah Sugihan-Simpang Heran, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan,” ujarnya.
Wakil Dekan I Fisip UIN Raden Fatah Palembang Dr. Yenrizal yang hadir pada saat pemutaran dan diskusi film “Asa Gajah Sumatra di Air Sugihan” sangat mendukung berbagai kegiatan terkait persoalan lingkungan hidup, termasuk gajah Sumatra yang saat ini hidupnya terus terancam.
“Selain minat saya pada komunikasi lingkungan, juga Fisip UIN Raden Fatah Palembang berkomitmen terhadap berbagai upaya atau tindakan menyelamatkan lingkungan. Menyelamatkan Bumi,” katanya.
Hal senada diungkapkan Syamsuardi dari Forest Wildlife Society. Menurutnya, perguruan tinggi memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya menyelamatkan gajah Sumatra.
“Pemutaran dan diskusi film dokumenter tentang keberadaan gajah sumatra di Air Sugihan, di Fisip UIN Raden Fatah Palembang merupakan wujud dukungan yang luar biasa,” ujarnya.
Hal itu merupakan angin segar bagi masa depan gajah Sumatra. “Kami percaya para peneliti, dosen, mahasiswa dari Fisip UIN Raden Fatah Palembang dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan, tenaga dan waktunya dalam upaya menyelamatkan gajah Sumatra yang terus terdesak hidupnya,” pungkas Syamsuardi.
Sugihan-Simpang Heran
Kantong Sugihan-Simpang Heran berada di wilayah rawa gambut di Kecamatan Air Sugihan. Kantong ini berada di kawasan konsesi PT. KEN (Kerawang Ekawana Nugraha), PT. SBA (Sebangun Bumi Andalas), PT. BAP (Bumi Andalas Permai), hingga PT. BMH (Bumi Mekar Hijau), dan berbatasan dengan pemukiman masyarakat transmigran yang hadir sejak awal tahun 1980-an.
Tercatat sedikitnya 48 individu gajah liar hidup di kantong Sugihan-Simpang Heran, yang terbagi bagi dalam empat kelompok (keluarga).
Kantong gajah Sugihan-Simpang Heran bagian dari Lanskap Padang Sugihan, yang terdiri empat kantong gajah liar yakni kantong Cengal, Penyambungan, Sebokor, dan Sugihan-Simpang Heran. Luasnya mencapai 232.338,71 hektar. Sekitar 127 individu gajah liar yang hidup di lanskap Padang Sugihan.
Kantong gajah Sugihan-Simpang Heran sangat penting bagi masa depan gajah Sumatra. Sebab sejak proyek transmigran dilakukan pemerintah di Air Sugihan pada 1982, sering kali terjadi konflik manusia dengan gajah. (Jekson Simanjuntak)