Gunung Es di Antartic. Foto : Pexels via Pixabay
ANTARTIKA, BERITALINGKUNGAN.COM- Iceberg A-23A, gunung es raksasa yang memisahkan diri dari Filchner-Ronne Ice Shelf pada tahun 1986, telah menjalani perjalanan epik selama beberapa dekade terakhir.
Gunung es seukuran negara bagian Rhode Island ini menghabiskan lebih dari 30 tahun terjebak di dasar Laut Weddell sebelum mulai bergerak pada awal 2020-an. Namun, kebebasannya tak berlangsung lama. Pada Maret 2024, A-23A terperangkap di dalam Taylor column, sebuah pusaran air yang terbentuk akibat arus laut bertemu tonjolan di dasar laut.
Fenomena Langka: 15 Kali Rotasi dalam Vortex
Selama delapan bulan, A-23A mengalami rotasi di dalam pusaran air yang sangat kecil, sekitar 200 kilometer dari Kepulauan Orkney Selatan.
Menurut Jan Lieser, seorang spesialis es dari Antarctic Meteorological Service, A-23A melakukan 15 putaran antara Maret hingga November 2024. “Saya belum pernah melihat gunung es yang terjebak begitu lama di area yang begitu kecil,” ujar Lieser seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman NASA (23/12/2024).
Namun, pada pertengahan November 2024, gunung es ini akhirnya keluar dari pusaran tersebut dan kembali melanjutkan perjalanan ke arah timur laut. Pergerakan ini terekam oleh satelit NASA dan NOAA, termasuk MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) dan VIIRS (Visible Infrared Imaging Radiometer Suite).
Perjalanan Melalui “Iceberg Alley”
Seperti kebanyakan gunung es Antartika, A-23A kini sedang mengikuti jalur terkenal yang disebut “iceberg alley.” Jalur ini membawa gunung es dari Laut Weddell ke perairan Atlantik Selatan yang lebih hangat, melalui Semenanjung Antartika dan Drake Passage. Perjalanan ini tidak selalu mulus, mengingat banyak gunung es besar yang melakukan perputaran atau bahkan hancur sebelum mencapai tujuan akhir.
Contohnya, Iceberg A-68A, gunung es besar lainnya yang memisahkan diri dari Larsen C Ice Shelf pada 2017, sempat melakukan putaran di Drake Passage sebelum akhirnya hancur di Laut Scotia Utara.
Pentingnya Data Satelit
Pergerakan A-23A menjadi pengingat akan kompleksitas dan misteri yang ada di lautan kita. Menurut Christopher Shuman, ilmuwan dari NASA Goddard Space Flight Center, gunung es ini bergerak sekitar 240 kilometer dalam satu bulan setelah keluar dari pusaran air, atau sekitar 8 kilometer per hari.
Meski demikian, masih menjadi misteri apa yang menyebabkan A-23A berhasil keluar dari vortex. Lieser menduga bahwa gangguan kecil pada sistem arus air mungkin memicu pergeseran yang memberikan jalur keluar bagi gunung es tersebut.
“Peristiwa ini menunjukkan betapa berharganya data penginderaan jauh untuk memantau perubahan es di kawasan terpencil seperti Antartika,” ungkap Shuman.
Dampak terhadap Studi Iklim
Pengamatan terhadap gunung es seperti A-23A sangat penting dalam memahami perubahan lingkungan global, khususnya di Antartika. Data dari satelit terus membantu ilmuwan untuk mempelajari dinamika es, arus laut, dan dampaknya terhadap kenaikan permukaan laut.
Perjalanan A-23A bukan hanya sebuah fenomena geografi yang menarik, tetapi juga pengingat akan hubungan erat antara samudra dan iklim kita. Perubahan kecil pada perjalanan gunung es ini dapat memberikan wawasan besar tentang ekosistem global yang saling terhubung (Marwan Aziz)