
BERAU, BERITALINGKUNGAN.COM – Empat individu orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) berhasil dilepasliarkan di habitat alaminya di Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat, Kecamatan Busang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur (Kaltim), pada Sabtu, 11 Januari 2025.
Pelepasliaran ini merupakan hasil kolaborasi antara Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur (BKSDA Kaltim), Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Kelinjau, dan Centre for Orangutan Protection (COP).
Keempat orangutan, yang terdiri dari Paluy, Bonti, Jojo, dan Mary, sebelumnya menjalani rehabilitasi di Bornean Orangutan Rescue Alliance (BORA), sebuah pusat rehabilitasi yang berlokasi di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Labanan, Kecamatan Kelay, dan Kampung Tasuk, Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau.
“Pelepasliaran ini adalah wujud nyata komitmen Kementerian Kehutanan dalam upaya konservasi orangutan Kalimantan. Kolaborasi multipihak ini memungkinkan eks peliharaan dan korban konflik manusia-satwa untuk kembali ke habitat alaminya. Selain meningkatkan populasi orangutan liar, kegiatan ini juga mendukung keseimbangan ekosistem hutan,” ujar M. Ari Wibawanto, Kepala BKSDA Kalimantan Timur.
Masa Lalu yang Berat, Masa Depan yang Lebih Cerah
Paluy, satu-satunya jantan di kelompok ini, berusia sekitar 18 tahun dan dievakuasi dari kasus konflik manusia-satwa pada Juli 2024. Sementara itu, Bonti, Jojo, dan Mary adalah betina yang dulunya menjadi peliharaan masyarakat. Ketiganya memiliki cerita yang menyedihkan:
- Bonti diselamatkan pada April 2017 setelah bertahun-tahun hidup sebagai peliharaan.
- Jojo dipelihara dalam kandang kayu kecil selama empat tahun hingga akhirnya dievakuasi pada April 2018.
- Mary, yang kini berusia 10 tahun, ditemukan pada Februari 2019 dalam kotak kayu sempit berukuran 1 x 1,5 meter.
Di pusat rehabilitasi BORA, keempat orangutan ini menjalani pemulihan intensif. Mereka dilatih untuk memanjat, berayun, mencari buah di hutan, dan membangun sarang. Latihan ini bertujuan untuk memulihkan perilaku alami mereka serta memutus ketergantungan pada manusia.
Memulai Hidup Baru di Hutan Lindung
Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat dipilih sebagai lokasi pelepasliaran karena ekosistemnya yang mendukung kehidupan orangutan liar. Proses pelepasliaran berjalan lancar, dengan keempat orangutan menunjukkan perilaku aktif menjelajah dan mencari makanan.
Selama tiga bulan ke depan, tim monitoring dari COP akan terus memantau mereka untuk memastikan proses adaptasi berlangsung dengan baik. “Monitoring ini penting untuk memastikan orangutan tetap aman dan mampu bertahan hidup di alam liar,” tambah Ari Wibawanto.
Pelepasliaran orangutan ini tidak hanya berdampak pada pelestarian satwa langka, tetapi juga menjadi langkah penting dalam menjaga keanekaragaman hayati di Kalimantan Timur. Inisiatif ini menjadi contoh bagaimana kerja sama antara pemerintah, organisasi konservasi, dan masyarakat dapat menyelamatkan satwa liar dari kepunahan (Marwan Aziz).