Gunung Marapi di daerah Koto Baru, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar dan Agam, Sumbar. (ist)
Gunung Marapi, yang terletak di jantung Sumatera Barat, Indonesia, tidak hanya merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di pulau Sumatra tetapi juga sebuah simbol penting dalam kehidupan dan budaya masyarakat Minangkabau.
Dengan ketinggian mencapai 2.891 meter, Marapi menyimpan cerita panjang yang menghubungkan alam dengan tradisi setempat, serta menantang kesiapan manusia dalam menghadapi kemarahan alam.
Mitos dan Koneksi Budaya
Legenda Minangkabau menyebutkan bahwa Gunung Marapi merupakan tempat pertama yang dihuni oleh nenek moyang mereka, sebuah cerita yang menggarisbawahi pentingnya gunung ini dalam sejarah lokal.
Orientasi batu pemakaman kuno yang mengarah ke gunung ini menegaskan lagi signifikansi Marapi, tidak hanya sebagai fenomena geologis tetapi juga sebagai elemen kultural yang mendalam.
Sejarah Letusan
Dari laporan letusan pertama yang tercatat pada tahun 1830 hingga erupsi mematikan di tahun 2023, Marapi telah berulang kali mengingatkan kita tentang kekuatannya yang tak terprediksi. Letusan di tahun 1979, yang menewaskan 60 orang, dan serangkaian aktivitas vulkanik antara 2011 hingga 2014, menunjukkan bahwa Marapi adalah sebuah kekuatan alam yang terus berubah dan harus selalu diwaspadai.
Letusan 2023: Tragedi Terkini
Pada tanggal 3 Desember 2023, Marapi kembali menunjukkan keganasannya dengan erupsi yang menewaskan 24 pendaki. Abu vulkanik yang mencapai ketinggian 3.000 meter tidak hanya menimbulkan bahaya langsung bagi mereka yang berada di lereng gunung tetapi juga mengganggu kualitas udara dan kehidupan di wilayah sekitarnya.
Zona eksklusi 3 kilometer segera diumumkan, tetapi tragedi ini menjadi pengingat pahit akan risiko yang selalu ada di wilayah beraktivitas vulkanik tinggi.
Badan Geologi dengan nomor 09./KM.05/BGL/2024 itu mengungkap rangkaian erupsi Gunung Marapi (2.891) mdpl yang terjadi berkali-kali sejak 3 Desember 2023 hingga saat ini telah menghasilkan deposit material letusan berukuran abu, lapili, hingga batu atau bom vulkanik di daerah puncak dan lereng, seperti banjir lahar dingin menerjang kawasan pemukiman dan memutus ruas jalan Bukittinggi – Padang pada tanggal 5 April 2024 kemarin.
Dampak Lingkungan dan Sosial
Selain risiko langsung dari letusan, aliran lahar dingin yang dihasilkan oleh Marapi telah menyebabkan kerusakan luas pada infrastruktur dan lahan pertanian, memutuskan akses vital antara Bukittinggi dan Padang, serta merusak beberapa desa. Kerusakan ekonomi dan sosial dari peristiwa ini menegaskan kembali pentingnya persiapan dan respons cepat terhadap bencana alam.
Upaya Mitigasi dan Kesadaran Bencana
Tragedi dan tantangan yang dihadirkan oleh Gunung Marapi menggarisbawahi kebutuhan akan sistem peringatan dini yang efektif dan edukasi masyarakat tentang risiko vulkanik. Pendekatan pengelolaan bencana yang komprehensif, termasuk penelitian geologi berkelanjutan dan pembangunan infrastruktur yang tahan bencana, menjadi kunci dalam mengurangi dampak erupsi di masa depan.
Gunung Marapi, dengan semua keindahan dan terornya, terus berdiri sebagai saksi bisu atas dinamika bumi yang tak henti-hentinya.
Bagi masyarakat Minangkabau dan Indonesia pada umumnya, Marapi bukan hanya sebuah gunung berapi; ia adalah bagian dari identitas mereka, sejarah hidup, dan tantangan yang harus dihadapi bersama.
Memahami dan menghormati kekuatan alam ini, sambil terus membangun ketahanan terhadap bencana, adalah warisan yang akan terus dijaga dan dilestarikan ****