Bicara ekologi Sulawesi tak lengkap tanpa menyebut sosok naturalis sekaligus penjelajah asal Inggris Alfred Russel Wallace yang pernah menjelajahi Kepulauan Nusantara, termasuk Pulau Sulawesi, di mana ia mengidentifikasi pembagian fauna yang sekarang dikenal dengan istilah Garis Wallace.
Seperti dikutip dari Theconversation.com, pada 12 Juli 1857, Alfred Wallace tiba di kawasan perbukitan karst Maros, Sulawesi Selatan. Di sana, dia mengamati dan mengumpulkan spesies flora dan fauna. Wallace juga pergi ke air terjun Bantimurung untuk mengamati beragam jenis kupu-kupu.
Wallace terperangah dengan lanskap menara-menara karst yang menjulang tinggi dan kekayaan hayati di dalamnya. Dia turut memasukkan catatan perjalanan di Maros dalam magnum opus-nya yang berjudul The Malay Archipelago (diterjemahkan menjadi Kepulauan Nusantara) yang terbit pada 1869. Buku ini merupakan salah satu landasan ilmiah terpenting tentang keberagaman hayati di Sulawesi, sekaligus menjadi rujukan beraneka ekspedisi ilmiah hingga sekarang.
Alfred Russel Wallace, lahir pada 8 Januari 1823 di Llanbadoc, Wales, adalah salah satu tokoh paling menonjol dalam sejarah ilmu pengetahuan. Dia bukan hanya seorang naturalis dan penjelajah, tetapi juga seorang geografer, antropolog, biolog, ilustrator, dan aktivis sosial. Wallace dikenal sebagai rekan penemu teori evolusi lewat seleksi alam, yang mendorong Charles Darwin untuk mempublikasikan gagasannya dalam “Asal Usul Spesies.”
Kehidupan awal Wallace tidak mudah, dengan keluarganya mengalami kesulitan keuangan. Namun, semangat belajarnya membawanya ke London, di mana ia mengejar pendidikan dan mengeksplorasi gagasan-gagasan revolusioner di London Mechanics Institute. Dia juga terpengaruh oleh pemikiran Robert Owen dan Thomas Paine, yang membentuk pandangannya tentang reformasi sosial.
Eksplorasi Wallace di Amazon dan Kepulauan Melayu menjadi titik balik dalam karirnya. Di Amazon, ia mengumpulkan spesimen yang menginspirasi pemikirannya tentang evolusi. Di Kepulauan Melayu, ia mengidentifikasi Garis Wallace, batas yang memisahkan fauna dari Asia dan Australasia. Hasil penelitiannya ini diterbitkan dalam “The Malay Archipelago,” sebuah karya monumental yang masih dicetak ulang hingga hari ini.
Selain kontribusi ilmiahnya, Wallace adalah seorang aktivis sosial yang kritis terhadap ketidakadilan sosial dan ekonomi di Britania. Ia mempertanyakan sistem ekonomi yang tidak adil dan mempromosikan hak tanah untuk kepentingan publik. Pemikiran-pemikiran sosialnya terpublikasi dalam berbagai karya, seperti “Land Nationalisation; Its Necessity and Its Aims,” yang mengeksplorasi ide-idenya tentang reformasi tanah.
Walau kariernya cemerlang, Wallace menghadapi berbagai kesulitan keuangan sepanjang hidupnya. Meskipun demikian, dia terus berkontribusi pada ilmu pengetahuan dan masyarakat dengan tulisan-tulisannya, termasuk karyanya tentang evolusi dan eksplorasi.
Alfred Russel Wallace meninggal pada 7 November 1913, meninggalkan warisan intelektual yang tak terhapuskan. Dia dikenang sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah biologi dan penjelajahan, serta sebagai seorang pemikir sosial yang peduli terhadap perubahan sosial dan keadilan.***