Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif. Foto : Beritalingkungan.com/Marwan Azis. |
PADANG, BL- Kasus pendaratan helikopter Amerika Serikat (AS) yang tak jadi mendarat namun menjadi malapetaka, dimana sebagian besar bangunan semi-permanen di lapangan yang rencanakan dijadikan tempat pendaratan di Pariaman akibat Angin kencang yang ditimbulkan dari baling-baling.
Helipet itu lanjut Syamsul, kelihatan mudah tapi tak semuda yang dibayangkan. Heli itu kalau dimatikan butuh waktu 30 menit untuk nyala lagi. “Heli kita nggak ada masalah, sementara heli mereka besar sekali, bisa mengangkat beban seberat 4 ton. Rencananya itu untuk mengangkat alat berat, tapi ini kan sudah tanggal berapa. Kita waktu itu mikirnya di Malalak, tapi kok ditaruh disitu tempatnya sangat sempit,”ujarnya dengan nada tanya.
Malapetaka helikopter AS yang terjadi pada tanggal 9 Oktober 2009 itu menyebabkan 8 unit rumah yang sedang dikerjakannya kini juga turut rusak. Sejumlah mobil serta motor yang kebetulan diparkir di lapangan tersebut mengalami hal serupa.
Selain itu, 4 orang menjadi korban. Bahkan salah seorang diantara 4 orang itu harus mendapat perawatan intensif akibatnya kepalanya terbentur benda keras. Bahkan perwakilan AS di Indonesia yang juga sedang menunggu datangnya heli tersebut tidak luput menjadi korban.
Tak berapa lama pihak AS langsung meminta maaf. Mereka juga berjanji akan mengganti seluruh kerusakan yang ditimbulkan heli tersebut. (Marwan Azis).