BOGOR, BERITALINGKUNGAN.COM – Universitas Pakuan merupakan salah satu dari sedikit perguruan tinggi penerima hibah program insentif Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dari Ditjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Kegiatan PKM yang terintegrasi dengan MBKM dan berbasis kinerja IKU (Indikator Kinerja Utama) bagi PTS (Perguruan Tinggi Swasta) tahun 2022, digelar selama dua hari (Jumat, 16/12 dan Senin, 19/12). Targetnya adalah Ibu-ibu PKK Desa Bantarsari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor.
Ketua tim PKM Bina Lohita Sari mengatakan bahwa kegiatan pendampingan difokuskan pada pengolahan nanas menjadi produk unggulan sektor pertanian di Kabupaten Bogor. Harapannya para ibu Desa Bantarsari mampu mengolah nanas menjadi produk selai.
Di hari pertama, tim PKM memberikan edukasi tentang apa yang terkandung dalam buah nanas serta manfaatnya. Peserta juga diajarkan tentang cara meningkatkan produktivitas selai nanas sebagai komoditi pangan fungsional.
“Buah nanas memiliki berbagai manfaat, antara lain sebagai antioksidan, dapat mengobati penyakit degeneratif, serta bisa mencegah kanker karena kandungan metabolit sekundernya, vitamin, dan juga mineral,” kata Bina.
Pada hari kedua, peserta diperkenalkan pada proses pengolahan selai nanas menggunakan metode Blancing. Dilanjutkan dengan pengujian selai nanas dengan Fork Test yang sesuai dengan MBKM berbasis teknologi berlanjut dengan pengemasan (dengan metode aliran panas), serta pelabelan.
“Label memberikan informasi yang jelas tentang kandungan proksimat (energi total dan protein) hasil uji di laboratorium tersertifikasi, serta komposisi selai nanas,” terangnya.
Pengolahan buah nanas menjadi selai menjadi alternatif untuk mengatasi umur simpan buah nanas yang singkat. Selain itu, produk olahan selai menjadi kegiatan usaha untuk menambah pendapatan keluarga saat perubahan iklim terjadi.
“Juga menjadi bagian dari diversifikasi dan inovasi produk Desa Bantarsari, selain dodol jambu kristal, serta teh dan jus daun jambu kristal yang telah berjalan selama ini,” ujar Bina.
Dampak Perubahan Iklim
Buah nanas merupakan salah satu komoditi yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai produk ekspor. Sepanjang waktu, permintaan pasar akan buah-buahan khususnya nanas terus meningkat. Hal itu berkorelasi positif terhadap pendapatan masyarakat.
Buah ini disukai karena memiliki cita rasa yang khas, baik untuk dimakan segar maupun olahan. Nanas Indonesia menjadi komoditas prioritas yang bisa dikembangkan, karena potensinya cukup besar.
Hanya saja, perubahan iklim telah mengancam produksi nanas, sehingga bisa menurunkan mata pencaharian dan ketahanan pangan untuk miliaran orang yang bergantung pada pertanian (IPCC, 2007).
Saat ini, perubahan iklim menjadi alasan terbesar dari penurunan hasil panen petani lahan kering seperti nanas. Penurunan hasil panen tersebut menyebabkan penurunan pendapatan para petani.
Untuk itu, perubahan iklim yang sedang terjadi perlu disikapi dengan memperdalam pemahaman tentang proses kejadiannya secara ilmiah, baik pengetahuan, penyebab maupun dampaknya terhadap manusia dan lingkungan.
Selain itu, peningkatan nilai tambah dari produksi nanas menjadi produk olahan, menjadi salah satu solusi yang efektif. Hal itu diamini Muhamad Algifari, Kasi Pelayanan Desa Bantarsari.
Menurutnya, Kabupaten Bogor dikenal sebagai daerah penghasil nanas. Persepsi petani nanas terhadap perubahan iklim dikaitkan dengan pendapatan perlu dicermati secara mendalam.
“Perubahan iklim yang terjadi telah berpengaruh terhadap petani nanas,” ungkapnya.
Untuk itu, dia berharap agar pendampingan tim PKM Universitas Pakuan dapat dilanjutkan. Hal itu menjadi penting, karena selama ini pendampingan terhadap petani nanas masih belum optimal.
“Kerjasama antara Desa Bantarsari dengan Universitas Pakuan dapat terus berjalan, dengan harapan produktivitas masyarakat Desa Bantarsari dapat semakin meningkat,” katanya.
Selain itu, Algifari meminta agar pemerintah pro aktif dalam memberikan pemahaman terkait perubahan iklim, sehingga upaya penyesuaian (adaptasi) dan pencegahannya (mitigasi) dapat dilakukan secara bersama-sama. Pasalnya, pemahaman petani nanas terkait perubahan iklim bervariasi.
“Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap hasil yang akan diperoleh, sehingga perlu menghitung perubahan pendapatan petani akibat perubahan iklim,” pungkasnya. (Jekson Simanjuntak)