Sungai Way Seputih. Foto : Ekuatorial.com |
BANDARLAMPUNG, BL – Air Sungai Way Seputih jadi rebutan. Mana yang harus didahulukan, apakah memenuhi kebutuhan air minum untuk warga Bandarlampung atau memenuhi kebutuhan areal pertanian sebagian besar di Lampung.
Baru-baru ini, permohonan untuk Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dalam pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Bandarlampung sudah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Keuangan untuk mendapatkan dana pendamping atau viability gap fund/VGF sebesar Rp 340 miliar.
Kepala Keuangan Resiko Fiskal dari Kementerian Keuangan, Fredi Saragih saat berkunjung ke Lampung menjelaskan dana pendampingan tersebut tujuannya untuk bisa melayani kebutuhan air bersih masyarakat kota Bandarlampung yang memiliki jumlah sekitar 1,5 juta jiwa.
“Kami ingin masyarakat ini bisa menikmati air bersih dengan biaya relatif terjangkau. Kalau kita lihat saat ini untuk mendapatkan air yang layak saja masyarakat harus membayar cukup tinggi,” katanya.
Tarif yang ditawarkan berkisar antara Rp 5000 sampai Rp 6000 per kubik.
“Realisasi dana pendampingan proyek ini tergantung kecepatan pemerintah setempat dalam mengurus hal yang diperlukan sebagai syarat bantuan,” ujar dia.
Proyek SPAM Bandarlampung mengambil sumber air dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Seputih di Kecamatan Tegineneg Kabupaten Lampung Selatan.
Mengaliri air dari sungai itu ke Bandarlampung sedikitnya berjarak sekitar 25 kilometer (km).
Sungai ini jugalah yang mengaliri kebutuhan sebagian besar pertanian di Provinsi Lampung. Penggiat air dari Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) Lampung Isyanto terkejut ketika dikonfirmasi soal proyek tersebut.
“Oh, jadi ya proyek itu terlaksana dan mengambil sumber air dari DAS Way Seputih, karena setahu saya, debit air Way Seputih terus menurun dan kebutuhan pertanian saja masih kekurangan. Apalagi ditambah dengan memenuhi kebutuhan masyarakat Bandarlampung,” kata dia.
Pembangunan SPAM dimaksudkan untuk meningkatkan pasokan air bersih untuk kota Bandarlampung, dimana fasilitas yang ada saat ini sudah tidak memadai lagi untuk mengimbangi kebutuhan yang terus meningkat.
Dengan nilai investasi perkiraan antara US$ 80 juta dan US$ 100 juta, proyek SPAM Bandar Lampung meningkatkan kapasitas paasokan 500 liter/detik air bersih dan distruktur sebagai proyek Built-Operate-Transfer dengan masa konsesi 27 tahun.
Proyek SPAM Bandarlampung juga merupakan proyek pembangunan infrastruktur publik pertama yang akan didukung oleh fasilitas Dukungan Keuangan (DK) dari Pemerintah (Kementerian Keuangan).
Pada bulan Oktober 2012, PT PII telah menerbitkan Pernyataan Komitmen (Letter of Intent) untuk memberikan penjaminan atas proyek SPAM Bandar Lampung. Nilai yang akan dijamin masih menunggu keputusan Pemerintah mengenai besarnya DK untuk proyek tersebut. (Eni Muslihah/Ekuatorial)
–>