Visualisasi catatan penjelajah membantu perbaiki prediksi perubahan iklim di negara kawasan global selatan. Dok : Beritalingkungan.com.
DAR ES SALAAM, BERITALINGKUNGAN.COM– Penelitian baru mengungkapkan bagaimana catatan-catatan sejarah dari penjelajah dan misionaris abad ke-19 di Tanzania dapat memperbaiki model iklim dan membantu memitigasi warisan kelalaian ilmiah di kawasan Global Selatan.
Sebuah tim internasional yang dipimpin oleh peneliti dari Universitas McGill, Kanada, berhasil mengembangkan metode baru untuk meningkatkan akurasi model perubahan iklim di kawasan Global Selatan dengan mengintegrasikan catatan sejarah yang dikumpulkan oleh misionaris dan pengunjung lainnya.
Sebagai contoh, para peneliti menggabungkan data dari arsip misionaris abad ke-19 di Tanzania dengan data iklim terkini dari wilayah tersebut yang diberikan oleh pemodel iklim.
Mereka menciptakan cara untuk mengkuantifikasi catatan sejarah yang cenderung berbentuk anekdot, bukan data ilmiah yang tercatat dengan baik. Hasilnya adalah terciptanya catatan perubahan iklim yang lebih panjang untuk kawasan tersebut, yang dapat meningkatkan akurasi model perubahan iklim. Penelitian ini baru-baru ini dipublikasikan dalam jurnal Climate of the Past.
Melengkapi Data Iklim yang Terbatas di Global Selatan
Philip Gooding, peneliti utama dari McGill’s Indian Ocean World Centre, menjelaskan bahwa kelalaian ilmiah terhadap kawasan Global Selatan baru mulai diperbaiki. Banyak wilayah tropis, termasuk Tanzania, masih kekurangan data iklim yang dapat diandalkan sebelum pertengahan abad ke-20.
Hal ini disebabkan oleh kesulitan melakukan penelitian seperti analisis cincin pohon di daerah tropis yang tidak menghasilkan cincin tahunan atau memiliki respons yang berbeda terhadap variabilitas iklim.
Sebagai solusi, para peneliti beralih ke dokumen sejarah untuk mengisi celah data tersebut. Mereka meneliti catatan iklim dari kota Ujiji, Tabora, dan Mpwapwa di Tanzania antara tahun 1856-1890, yang mencatat pola hujan, kekeringan, banjir, serta kondisi tanaman dan padang rumput di kawasan tersebut.
Catatan Penjelajah dan Misionaris: Mengungkap Pola Hujan 30 Tahun
Penjelajah dan Misionaris Eropa yang aktif di kawasan ini sejak akhir 1850-an sering mencatat kondisi cuaca dan informasi tentang musim-musim sebelumnya.
Catatan mereka, meskipun beragam dalam bentuk dan gaya, menunjukkan pola cuaca yang penting seperti curah hujan, periode kekeringan, serta banjir dan hasil panen.
Data ini cukup untuk menggambarkan tren iklim jangka panjang, khususnya jika digabungkan dengan data model iklim modern. Hasil integrasi ini memberikan gambaran lebih jelas tentang perubahan iklim di Tanzania, serta memberikan pemahaman yang lebih dalam bagi para ilmuwan dalam memprediksi kondisi iklim di masa depan.
Mengatasi Warisan Sejarah yang Kompleks
Namun, para peneliti juga menyadari bahwa data historis ini datang dengan warisan yang kompleks. Catatan misionaris sering kali digunakan untuk membenarkan intervensi kolonial Eropa, yang justru tidak meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan di Afrika.
Meskipun demikian, Gooding dan timnya meyakini bahwa mengintegrasikan data tersebut dalam model iklim dapat meningkatkan akurasi prediksi iklim, dan pada akhirnya memberikan gambaran yang lebih kredibel tentang perubahan iklim di kawasan tersebut.
“Dengan menambahkan dan mengintegrasikan data dokumentasi ini ke dalam data pemodelan iklim, penelitian ini memberikan gambaran yang lebih kuat dan kredibel tentang apa yang terjadi di kawasan ini pada masa lalu,” kata Melissa Lazenby, seorang klimatolog dari Universitas Sussex dan penulis bersama studi ini seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman mcgill.ca (10/01/2025)
Implikasi untuk Masa Depan
Penelitian ini membuka peluang untuk memperluas metode serupa di kawasan Global Selatan lainnya. Meningkatkan akurasi model iklim melalui data historis bisa membantu kita lebih siap menghadapi tantangan perubahan iklim di masa depan, sekaligus memperbaiki pendekatan kita terhadap pemodelan iklim di kawasan yang sering terabaikan.
Penelitian lengkapnya dapat diakses di Climate of the Past melalui DOI 10.5194/cp-20-2701-2024. (Marwan Aziz).