Tren Iklim Terkini : Tiga Ngarai Sungai Yangtze Hadapi Gelombang Panas dan Banjir
Sebagian tepian sungai di Waduk Tiga Ngarai terekspos akibat turunnya permukaan air akibat curah hujan yang tidak mencukupi. Foto : Liang Chen.
Wilayah Tiga Ngarai Sungai Yangtze (TGR) di Tiongkok, yang dikenal dengan lokasi geografisnya yang unik serta fitur geomorfologi yang kompleks, mengalami dampak iklim yang rentan dan sensitif.
Proyek Tiga Ngarai, sebagai proyek konservasi air skala besar di wilayah ini, telah membawa perubahan besar pada lingkungan, masyarakat, dan ekonomi setempat.
Meski memberikan banyak manfaat, proyek ini juga menimbulkan berbagai masalah lingkungan, termasuk dampak pada iklim. Oleh karena itu, pemantauan iklim dan lingkungan di wilayah ini sangat penting.
Baru-baru ini, sebuah tim yang dipimpin oleh Profesor Chen Xianyan dari Pusat Iklim Nasional menerbitkan laporan berjudul “Keadaan Iklim Wilayah Tiga Ngarai di Lembah Sungai Yangtze pada 2022–2023” dalam jurnal Atmospheric and Oceanic Sciences Letters (AOSL).
Laporan ini, yang merupakan yang kelima dalam seri yang diterbitkan di AOSL, menggambarkan karakteristik anomali iklim dan hujan asam di TGR selama dua tahun terakhir.
Profesor Chen menjelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pembangunan dan operasi aman Proyek Tiga Ngarai, ia dan timnya telah melakukan pemantauan iklim lokal dan penilaian selama bertahun-tahun. Laporan tahunan ini telah dirilis kepada publik selama enam tahun terakhir.
“Pengumpulan data iklim, pemantauan kejadian cuaca ekstrem, dan penilaian dampak perubahan iklim di TGR sangat penting untuk mendukung pembangunan peradaban ekologi di wilayah ini dan mendorong pembangunan regional,” kata Profesor Chen seperti dikutip Beritalingkungan.com dari aosl.iapjournals.ac.cn (12/08/2024).
12Laporan tersebut menunjukkan bahwa suhu rata-rata di TGR pada 2022 dan 2023 masing-masing 0,8℃ dan 0,4℃ lebih tinggi dari normal, menjadikan keduanya sebagai dua tahun terpanas dalam dekade terakhir, terutama pada musim panas 2022 yang tercatat sebagai yang terpanas.
Curah hujan di kedua tahun tersebut sangat berbeda, dengan curah hujan tahun 2022 hampir 20% di bawah normal, dan tingginya suhu serta rendahnya curah hujan menyebabkan kekeringan parah yang berlangsung dari musim panas hingga musim dingin.
Sebaliknya, pada 2023, curah hujan 15% lebih tinggi dari normal. Selama dua tahun tersebut, wilayah ini mengalami gelombang panas ekstrem, hujan lebat regional, banjir, hujan mendung, dan gelombang dingin.
Laporan ini juga membahas faktor-faktor penting yang berkontribusi pada terjadinya gelombang panas ekstrem pada musim panas 2022, memberikan wawasan penting tentang tantangan iklim yang dihadapi oleh wilayah Tiga Ngarai di masa mendatang.
Pentingnya Kesadaran dan Tindakan
Pemantauan dan penilaian yang terus-menerus ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran akan perubahan iklim dan dampaknya terhadap lingkungan lokal.
Dengan informasi yang dikumpulkan, diharapkan langkah-langkah mitigasi yang efektif dapat diambil untuk menjaga keseimbangan ekosistem di Wilayah Tiga Ngarai, serta mendukung pembangunan berkelanjutan di masa depan.
Tantangan perubahan iklim di wilayah ini mencerminkan perlunya tindakan global yang lebih kuat dalam mengatasi dampak perubahan iklim yang semakin nyata (Marwan Aziz)