Kolam yang mencair akan menggelapkan permukaan es laut dan mengurangi daya pendinginannya. Foto : Observatorium Bumi NASA.
ARKTIK, BERITALINGKUNGANL.COM– Paparan udara dingin di bumi kini terasa semakin panas seiring dengan perubahan cepat pada es laut di kedua kutub.
Berdasarkan penelitian baru yang dipimpin oleh para ilmuwan dari University of Michigan, kekuatan pendinginan es laut telah menurun hingga 25% di Arktik dan 15% secara global sejak tahun 1980.
Studi ini diterbitkan dalam Geophysical Research Letters dan menggunakan pengukuran satelit untuk menganalisis tutupan awan dan radiasi matahari yang dipantulkan oleh es laut antara tahun 1980 dan 2023.
“Ketika kami menggunakan simulasi iklim untuk mengukur bagaimana pencairan es laut mempengaruhi iklim, biasanya kami mensimulasikan satu abad penuh sebelum mendapatkan jawabannya,” kata Mark Flanner, profesor ilmu iklim dan ruang angkasa serta penulis utama studi tersebut seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman umich.edu (19/07/2024).
“Sekarang kita mencapai titik di mana kita memiliki catatan data satelit yang cukup panjang untuk memperkirakan umpan balik iklim es laut dengan pengukuran.”ujarnya.
Ia menuturkan peningkatan suhu dan curah hujan membuat es menjadi lebih tipis dan basah, serta menyebabkan terbentuknya kolam leleh yang memantulkan lebih sedikit radiasi matahari. Hal ini paling terasa di Arktik, di mana es laut menjadi kurang reflektif pada bagian tahun yang paling cerah. Studi ini juga menunjukkan bahwa perubahan ini mungkin menjadi faktor penting di Antartika, selain kehilangan tutupan es.
Pada tahun 2016, sebuah area yang lebih besar dari Texas mencair di salah satu rak es terbesar di benua itu, menyebabkan hilangnya es laut yang signifikan. Sejak saat itu, kekuatan pendinginan es laut Antartika tidak pulih, dan tujuh tahun berikutnya mencatatkan efek pendinginan es laut global yang paling lemah sejak awal 1980-an.
“Perubahan pada es laut Antartika sejak 2016 meningkatkan umpan balik pemanasan dari kehilangan es laut sebesar 40%,” kata Alisher Duspayev, mahasiswa doktoral dalam bidang fisika dan penulis pertama studi tersebut.
“Dengan tidak memperhitungkan perubahan ini dalam efek radiasi es laut di Antartika, kita bisa kehilangan bagian penting dari total penyerapan energi global.”tuturnya.
Para peneliti berharap dapat menyediakan perkiraan terbaru mereka tentang kekuatan pendinginan es laut dan umpan balik iklim dari es yang kurang reflektif kepada komunitas sains iklim melalui situs web yang diperbarui setiap kali data satelit baru tersedia.
“Rencana adaptasi perubahan iklim harus memasukkan angka-angka baru ini sebagai bagian dari perhitungan keseluruhan tentang seberapa cepat dan seberapa luas dampak kehilangan pendinginan radiasi kriosferik akan terwujud pada sistem iklim global,” kata Aku Riihelä, profesor riset di Institut Meteorologi Finlandia dan salah satu penulis studi tersebut.
Penelitian ini didanai oleh University of Michigan Rackham Graduate School dan Dewan Riset Finlandia (Marwan Aziz)