Visual Gunung Api Ile Lewotolok, Lembata, NTT, Jumat (26/4/2024). Foto : Badan Geologi.
KUPANG, BERITALINGKUNGAN.COM – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan bahwa aktivitas gempa di Gunung Ile Lewotolok, Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam rentang waktu satu minggu mulai dari 16 hingga 22 April.
Hendra Gunawan, Kepala PVMBG, dalam laporan evaluasi pada Jumat mengungkapkan bahwa peningkatan aktivitas gempa terutama terjadi pada gempa-gempa dangkal atau permukaan.
“Dominasi gempa yang terjadi adalah gempa letusan atau erupsi, gempa hembusan, dan Tremor Non Harmonik,” ujar Hendra Gunawan seperti dikutip Beritalingkungan.com dari Antara (26/04/2024).
Meski demikian, meskipun jumlah gempa meningkat, pola energi seismiknya cenderung menurun, meskipun masih berada di atas ambang batas normal.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun energi yang terjadi pada gempa cukup kecil, namun jumlahnya lebih banyak daripada periode sebelumnya.
Menurut Hendra, berdasarkan pengamatan instrumental di pos pemantau Gunung Ile Lewotolok di Lembata, gunung yang masih berada pada level III (siaga), terdapat 363 kali gempa erupsi, 2.276 kali gempa hembusan, dua kali gempa Harmonik, 41 kali Tremor Non-Harmonik, satu kali gempa Vulkanik Dangkal, sembilan kali gempa Vulkanik Dalam, empat kali gempa Tektonik Lokal, dan enam kali gempa Tektonik Jauh selama periode tersebut.
Energi seismik yang dihitung dengan metode RSAM menunjukkan fluktuasi energi dalam periode tersebut, dengan tren menurun, namun masih di atas ambang batas normal.
Pengukuran Electronic Distance Measurement (EDM) menunjukkan fluktuasi jarak miring dengan kecenderungan sedikit menurun di kedua titik ukur.
Aktivitas visual gunung menunjukkan adanya asap kawah dengan intensitas yang bervariasi, tinggi 50 – 800 meter dari puncak, serta cuaca yang bervariasi dari cerah hingga hujan dengan arah angin yang berbeda-beda.
Berdasarkan pengamatan ini, PVMBG merekomendasikan agar masyarakat di sekitar gunung tetap waspada terhadap potensi bahaya erupsi, guguran lava, dan awan panas. Masyarakat diminta untuk tidak memasuki wilayah sekitar gunung yang berpotensi terkena dampak langsung dari aktivitas vulkanik tersebut. (Ant/BL)