“Bambu dapat menjadi solusi untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Indonesia,” kata Direktur Program Yayasan KEHATI Rony Megawanto melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Rony mengatakan program ini akan dimulai pada Juni yang diawali dengan pelatihan pembibitan paralel dengan puncak penanaman tahun ini, yang akan dilakukan pada musim hujan sekitar September sampai Desember.
Dia mengatakan bambu dapat menjadi tanaman rehabilitasi yang dapat mengembalikan fungsi lahan sebagai penahan air, pengendali erosi, siklus hara, pengatur iklim mikro, dan penyerap karbon.
Selain itu, sambungnya, upaya rehabilitasi dengan penanaman bambu menjadi penting karena berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (Dirjen PDASHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI tahun 2018 menunjukkan luas lahan kritis di Indonesia tercatat seluas 14,01 juta hektare.
“Kabupaten Manggarai Timur didominasi oleh kawasan lahan kering dengan luas lahan kritis mencapai 6.509,25 hektare (7,23 persen) membuat wilayah tersebut memerlukan program konservasi untuk menambah luasan vegetasi hutan,” ujarnya seperti dikutip Beritalingkungan.com dari Antara.
Dia menyebutkan berbekal Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm), pihaknya akan melakukan penanaman bambu di wilayah tersebut seluas 44 hektare.
Pihaknya juga akan melakukan optimalisasi penutupan lahan melalui penanaman keras multi manfaat lain seperti kopi dan cengkeh di kawasan hutan kemasyarakatan.
Selain itu ntuk pengayaan ekosistem hutan, pola agroforestri yang akan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan sumber pangan dan pendapatan masyarakat.
“Bambu akan ditanam sebagai pembatas di blok pemanfaatan dan blok lindung. Jenis bambu yang akan ditanam antara lain bambu betung, bambu tali, dan bambu aur,” jelasnya.
Rony juga mengajak masyarakat untuk kembali kepada peradaban bambu karena bambu menjadi warisan leluhur Indonesia yang juga membangun peradaban Bbangsa Indonesia (Ant/BL)