JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM – Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2021 menunjukkan 68,5 juta ton limbah sebanyak 11,6 juta ton adalah sampah plastik. Lalu, ada 24 persen atau sekitar 16 juta ton sampah yang tidak dikelola.
Sementara itu masih banyak warga yang terdampak berbagai masalah kesehatan akibat pencemaran sampah di area pemukiman mereka.”Setiap orang yang hidup di dunia ini pasti menghasilkan sampah. Sampah adalah tanggungjawab bersama,” kata Agnes Swastikarina Gusthi, Penyuluh Lingkungan Hidup Ahli Madya Kordinator Pokja Tata Laksana Produsen dan Kemitraan Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya KLHK.
Hal yang bisa dilakukan manusia adalah mengurangi jumlah sampah, dimulai dari hal-hal sederhana yang dapat dilakukan sehari-hari. Seperti melakukan hidup minim sampah, dengan secara sadar dan sesedikit mungkin menghasilkan sampah.
“Kita bisa mengurangi sampah dengan hal sederhana misalnya melakukan pengomposan dan pemilahan. Mulai saat ini kurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai,” jelas Agnes.
Lebih jauh Agnes menjelaskan bahwa Indonesia termasuk dalam negara dengan performa buruk dalam upaya mengurangi sampah makanan. Maka sebisa mungkin makan dengan porsi cukup atau habiskan makanan.
“Mari cegah, pilah dan olah sampah mulai dari hal kecil, mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang!” ujarnya.
Senada dengan itu, Co-Founder of The Antheia Project Ruhani Nitiyudo mengatakan bahwa sampah masih menjadi masalah utama bagi lingkungan, terutama sampah styrofoam yang merupakan sampah abadi. Banyak orang yang menggunakan styrofoam karena mudah digunakan tetapi sangat sulit dihancurkan.
Pengelolaan sampah styrofoam yang kurang baik membuat The Antheia Project tergerak berkontribusi dalam memberikan edukasi dan awareness ke publik. Salah satunya dengan melakukan aksi pembersihan pantai (beach clean-up).
Aksi beach clean-up rutin dilakukan dengan melibatkan individu yang secara sukarela meluangkan waktu dan upaya untuk membantu mengumpulkan sampah yang ditemukan di pantai, sungai maupun pemukiman masyarakat.
“Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan tidak hanya untuk memperbaiki kondisi pantai, sungai maupun pemukiman masyarakat tetapi juga menjadi wadah untuk melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sampah,” katanya.
The Antheia Project menggelar kampanye #SayNoToStyrofoam sebagai respon atas kondisi sampah styrofoam yang banyak ditemukan di lingkungan. Melalui kegiatan Antheia Beach Clean Up Vol. 4 #SayNoToStyrofoam yang digelar pada Sabtu (3/12) di permukiman Muara Baru, membuktikan bahwa edukasi dan aksi pembersihan sampah khusus perlu digalakkan masyarakat.
“Pada aksi bersih-bersih keempat ini kami mengumpulkan total sampah sebesar 1.114 kg. Meliputi rincian total sampah styrofoam sebanyak 58kg, total sampah plastik sebanyak 318kg, total sampah organik sebanyak 205kg, total sampah jaring nelayan dan karet total 227kg, total sampah kaca sebanyak 258kg, dan total sampah kabel sebanyak 48kg,” ujarnya.
Sementara itu, Co-Founder & COO Garda Pangan Dedhy Bharoto Trunoyudho mengatakan garda pangan adalah gerakan food bank. Maksudnya adalah mendistribusikan makanan berlebih dan disalurkan ke masyarakat prasejahtera. Targetnya panti jompo, panti asuhan, Kampung Pra Sejahtera, Liponsos, shelter anak jalanan hingga rumah singgah pasien.
Inisiasi gerakan ini bermula dari keresahan karena harus membuang sampah makanan sisa acara. Ada semangat yang sama yang dimiliki oleh The Antheia Project dan Garda Pangan dalam mengurai pengelolaan limbah.
“Garda Pangan berharap ada peraturan yang lebih mengerucut tentang pengelolaan sampah makanan atau sampah styrofoam,” ujarnya.
Jika ada peraturan yang mengeluarkan untuk tidak menyisakan makanan lebih akan berdampak besar, banyak orang juga terbantu. Pun dengan adanya peraturan sampah styrofoam lingkungan bisa lebih sehat dan terhindar dari bahaya mikroplastik.
“Butuh banyak kolaborasi, edukasi dan aksi dari berbagai lapisan masyarakat bisa membantu mengurai permasalahan ini,” pungkas Dedhy. (Jekson Simanjuntak)