JAKARTA, BERITALINGKUNGAN – Jakarta telah memasuki periode ketiga pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sejak dimulai 10 April lalu. Dengan PSBB, semua aktivitas publik dibatasi, termasuk di tempat-tempat wisata seperti Taman Margasatwa Ragunan.
Meskipun tutup dan tidak beroperasi, pihak Taman Margasatwa Ragunan, memastikan kebutuhan pakan satwa tetap terpenuhi. Pihak Ragunan juga berharap pandemi virus corona tidak memberikan dampak buruk terhadap satwa.
“Satwa di Ragunan pada saat ini dalam kondisi baik. Petugasnya juga setiap hari masuk”, ujar Kepala Satuan Pelaksana Promosi Taman Margasatwa Ragunan, Ketut Widarsana, di Jakarta, kepada Berita Lingkungan.
Dengan metoda pergantian sif, petugas selalu hadir setiap pagi. Mereka juga menyesuaikan dengan kebijakan PSBB yang dikeluarkan oleh pemerintah.
“Selama pandemi ini terjadi perubahan sif bagi pegawai yang bekerja di kebun binatang Ragunan” kata Ketut Widarsana.
Siagakan Dokter
Selain kebutuhan pakan, Taman Margasatwa Ragunan juga memperhatikan kondisi kesehatan satwa dengan menyiagakan tim dokter. Mereka bertugas seperti biasanya.
“Tim dokter setiap hari masuk melakukan penjagaan secara bergiliran. Karena itu tidak ada masalah, karena semua satwa selalu mendapatkan perawatan“, kata Ketut.
Menurut Ketut, kehadiran tim dokter sangat diperlukan untuk merawat satwa dan bersiaga sewaktu-waktu jika diperlukan. Itu sebabnya pihak Ragunan tidak mengenal istilah dirumahkan terhadap pekerjanya, ketika banyak perusahaan melakukannya demi alasan efisiensi.
“Ingat ya, beda antara yang dirumahkan dengan WFH (work from home). Kalo dirumahkan itu sama dengan PHK, tapi kalau work from home itu kan, bekerja dari rumah”, kata Ketut.
Ketika pemerintah mengimbau agar pekerjaan dilakukan dari rumah, Taman Margasatwa Ragunan juga mematuhinya. “Untuk mendukung kebijakan pemerintah, kita juga melakukan work from home (bekerja dari rumah) untuk bidang-bidang tertentu”, ujar Ketut.
Khusus kegiatan merawat satwa, petugas disiagakan menggunakan sistem bekerja bergiliran. Di Ragunan sendiri, menurut Ketut, jumlah perawat satwa berjumlah 160 orang. Mereka dibagi dua, ada yang libur dan ada yang masuk.
“Mereka itu ada yang berasal dari orang loket, ada yang dari kebersihan, Akhirnya kita alihkan untuk perbantuan. Misalnya untuk peracikan pakan satwa, penimbangan, pendistribusian, pembersihan loket loket dan kegiatan lainnya”, ungkap Ketut Widarsana.
Secara total, Taman Margasatwa Ragunan memiliki 700 pegawai, terdiri dari 200 orang PNS, dan sisanya Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan (PJLP) atau dikenal sebagai pegawai kontrak.
“PJLP juga kita sebar, karena tugas pokok mereka sudah tidak dilakukan lagi sekarang. Seperti pelayanan, lalu kita ganti ke bidang bidang lain. Misalnya, ke pendistribusian pakan, pembuatan pakan, pembersihan loket dan lainnya”, kata Ketut Widarsana.
Anggaran DKI
Terkait dengan ketersediaan pakan satwa, Ketut memastikan hingga saat ini tersedia dan cukup. Sehingga tak akan ada satwa sakit karena kekurangan pakan, karena biayanya telah dianggarkan oleh Pemprov DKI.
“Kalau untuk pakan satwa, sampai sejauh ini tidak ada kesulitan, karena dananya dianggarkan di tahun sebelumnya dan telah dihitung berapa kebutuhannya. Selama ini, pendanaan kebun binatang Ragunan didukung oleh anggaran DKI”, tegas Ketut Widarsana.
Karena berada di bawah naungan Pemprov DKI, maka mekanisme menggunakan sistem lelang bagi pihak ketiga yang akan memenuhi kebutuhan pakan bagi 2888 satwa di Ragunan.
“Siapa yang menjadi pemenang, dia yang akan menjadi suplier untuk memenuhi kebutuhan pakan satwa. Mereka harus memenuhi kebutuhan satwa selama satu tahun”, ujar Ketut.
Selanjutnya, semua kebutuhan pakan satwa disesuaikan dengan RAB (rencana anggaran biaya) dan RAP (rencana anggaran pelaksanaan) yang telah disusun setahun sebelumnnya. Ini diperlukan sebagai acuan, sehingga pemberian pakan tidak asal-asalan.
“Kemudian akan kita periksa, kita cek satu persatu dan ditimbang. Jika ada yang reject atau rusak kita kembalikan dan diganti dengan yang baru. Sehingga kesediaan pakan itu aman dan terjamin”, papar Ketut Widarsana.
Ketut juga menegaskan, pihaknya tidak akan mengorbankan satwa lain untuk memenuhi kebutuhan makanan satwa, seperti yang terjadi di Kebun Binatang Bandung dan beberapa kebun binatang di luar negeri.
“Kita enggak sampai melakukan itu, karena pakan tersedia dan kita tidak kesulitan untuk menghadirkannya,” kata Ketut.
Protocol Covid-19
Pandemi virus corona disusul dengan PSBB memaksa Taman Margasatwa Ragunan menerapkan protocol Covid-19. Hal itu diperlukan untuk menghambat penyebaran virus corona.
“Terkait dengan protocol COvid-19, saat ini semua orang yang masuk dicek suhunya menggunakan scanner“, ujar Ketut Widarsana.
Selama PSBB, Taman Margasatwa Ragunan hanya membuka satu akses masuk, dari yang awalnya ada tiga pintu masuk. “Saat ini semua kita fungsikan hanya di pintu masuk Barat dekat kavling Polri. Jadi semua keluar masuk hanya boleh lewat situ”, terang Ketut.
Selanjutnya, siapa pun yang masuk harus mengikuti sejumlah pemeriksaan. Termasuk para suplier penyedia pakan satwa.
“Para suplier harus mengikuti protokol kesehatan. Mulai dari di scanner kemudian di sampingnya juga disediakan mobil tangki disinfektan”, tegas Ketut.
Selain itu, semua orang yang masuk Ragunan diwajibkan menggunakan masker. Juga tak ketinggalan dengan petugas di lapangan. “Mereka wajib menggunakan masker”, tegas Ketut.
Tak hanya itu, petugas juga diharuskan menggunakan peralatan APD lengkap, serta menerapkan aturan jaga jarak.
“Sekarang ini yang tadinya salaman, sudah tidak boleh lagi. Termasuk juga harus menjaga jarak terhadap satwa” ujar Ketut Widarsana.
Khusus terhadap satwa, bagi Ketut, hal itu sebagai langkah pencegahan, mengingat adanya temuan satwa tertular virus corona. “Karena ada informasi juga di luar, bahwa sudah ada satwa yang terkena Covid-19”, katanya
Tempat Wisata Juga Penelitian Satwa
Taman Margasatwa Ragunan yang terletak di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, merupakan kebun binatang pertama di Indonesia yang usianya mencapai 156 tahun.
Sejak didirikan pada 18 September 1864 Taman Margasatwa Ragunan yang dikenal sebagai kebun binatang Ragunan, tidak pernah sepi dari pengunjung. Utamanya, di akhir pekan atau hari libur nasional.
Pengunjung yang berkunjung bukan hanya dari Jakarta, tetapi juga dari berbagai daerah. Pasalnya, Ragunan dikenal sebagai objek sekaligus pusat penelitian dan pelestarian satwa.
Menurut sejarahnya, Kebun Binatang Ragunan awalnya bernama Planten en Dierentuin (Tanaman dan Kebun Binatang), didirikan di atas lahan seluas 10 hektar milik pelukis ternama, Raden Saleh, di Jalan Cikini Raya Nomor 73, Jakarta Pusat.
Ide pendirian kebun binatang oleh Raden Saleh terinspirasi saat ia bersekolah di London, Inggris. Raden Saleh yang cinta pada hewan dan tumbuhan, serta menjadikannya sebagai inspirasi saat melukis.
Saat itu, kebun binatang dikelola Perhimpunan Penyayang Flora dan Fauna Batavia (Culturule Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia). Tahun 1949, namanya menjadi Kebun Binatang Cikini.
Seiring perkembangan kota, Cikini dianggap kurang cocok sebagai lokasi kebun binatang. Lalu disiapkan lahan seluas 30 hektar di daerah Ragunan sebagai lokasi baru.
Pada tahun 1964, Pemprov DKI Jakarta memindahkan satwa koleksi Kebun Binatang Cikini ke Ragunan. Pemindahan itu dipimpin oleh dokter hewan THEW Umboh.
Taman Margasatwa Ragunan diresmikan pada 22 Desember 1966 oleh Gubernur DKI Jakarta waktu itu Ali Sadikin.
Saat ini, Taman Margasatwa Ragunan berada di atas lahan seluas 174 hektar dengan koleksi satwa sebanyak 2.888 ekor yang dikelompokkan sesuai jenis dan habitat.
Selain memiliki beraneka ragam jenis satwa, Taman Margasatwa Ragunan juga memiliki sejumlah fungsi ekologis, seperti daerah resapan air, mencegah banjir dan juga paru-paru kota. (Jekson Simanjuntak)
–>