JAKARTA, BL-Pemerhati lingkungan dan penggiat social media sesalkan sikap pemerintah Indonesia yang tidak mengijinkan Kapal Greenpeace Rainbow Warrior masuk ke perairan Indonesia dalam rangkaian perjalanan tur se-Asia Tenggara.
Diantaranya datang dari aktivis lingkungan yang tergabung dalam Jaringan Hijau Mandiri melalui akun facebooknya menulis, “ini adalah bukti nyata ketidak pedulian untuk suatu hal yang baik, seiring dengan mumutar baliknya kemudi kapal RW, karna tidak di perbolehkan RW merapat di Bumi Pertiwi, Ini saatnya pula kita anak bangsa harus cepat memutar balik kemudi Kita (Turn The Tide) dengan memilih para pemimpin masa depan dari golongan Politisi Hijau,”
Jonas Nathaniel M mempertanyakan melaui situs jejaring social mempertanyakan apa alasan pemerintah melarang kapal Greenpeace? “Ini salah satu bentuk yang menunjukkan watak aslinya pemerintah kita. Mereka sebenarnya tidak pernah peduli dengan lingkungan dan alam Indonesia. Yg penting eksploitasi, eksploitasi dan eksploitasi!!!,”tulis Jonas dalam di dinding facebook Greenpeace.
Ada juga yang menduga dibalik penolakan kapal Grenpeace di Indonesia karena kuatnya lobby perusahaan perusakan hutan di Indonesia ke departemen terkait. “Mungkin bukan bapak SBY secara pribadi yang melarang masuknya Rainbow Warrior ke perairan Indonesia, tapi ada beberapa individu/corporate yg terkait langsung/tdk langsung dgn pembabatan dan pengrusakkan hutan di Indonesia yg takut kedoknya terbongkar. Padahal aku dah nyiapin kaos Rainbow Warrior-ku buat nyambut mereka,” tulis Tunis Andayani di facebook.
Mereka berharap, Greenpeace tetap semangat dalam menyuarakan perlindungan atas lingkungan di Indonesia. “Kami mohon Greenpeace jangan putus asa. Selamatkan bumi Indonesia. Sekarang belum berhasil, besok coba lagi. Karena mungkin sekarang ini mungkin pemerintah kuatir keliatan eksploitasi hutan yang jor-joran apalagi dengan adanya kejadian bencana Wasior. Jelas banget koq sampahnya gelondongan kayu besar. Mari berjuang memerdekan Indonesia dari eksploitasi hutan,”harap Meisye Elizabeth Baraoh via akun facebook resmi Greenpeace Indonesia. (Marwan Azis).