DENPASAR, BL- Program BIRU (Biogas Rumah) menargetkan hingga akhir 2012 akan membangun 500 unit biogas rumah di setiap kabupaten di Bali. ”Kami sudah mendapatkan komitmen 100 unit dari Pemerintah Kabupaten Bangli. Sisanya akan dikerjasamakan dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Satuan Kerja Pembangunan Dinas Peternakan setiap kabupaten se-Provinsi Bali serta ditambah rumah tangga berpotensi yang sudah dijajaki,” kata Biogas Promotion Officer, Ni Nyoman Ramiati saat dihubungi redaksi Beritalingkungan.com (27/4). Menurut Ni Nyoman, biaya pembangunan reaktor biogas rata-rata menghabiskan sekitar Rp 6 juta perunit. Setiap rumah tangga akan memperoleh subsidi sebanyak 2 juta dari program BIRU, sedangkan sisanya akan ditanggung oleh masyarakat secara swadaya. Setelah berjalan hampir 2 tahun, program Biru sudah membangun reaktor rumah biogas 230 unit yang tersebar di 8 kabupaten dan 1 kota se Provinsi Bali. Reaktor biogas rumah adalah salah satu model reaktor biogas yang mewarnai dunia energi di Indonesia. Reaktor ini terbuat dari 100% material lokal; dapat dibangun dan dioperasikan dengan mudah. BIRU merupakan program kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Belanda. Program ini diimplementasikan dengan jalinan kerjsama antara Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE) sebagai perwakilan dari pihak Indonesia dan HIVOS Regional Office Southeast Asia (ROSEA) sebagai perwakilan dari pihak Belanda dengan dukungan tehnis dari SNV (Belanda) sebagai penasehat teknisnya. Sementara pelaksanaan program BIRU Hivos di Bali bekerjasama dengan 5 mitra kerja pembangun (CPO) yaitu: BOA, IDEP, Manikaya Kauci, Sunari dan CV MUM. Program BIRU bertujuan untuk menyebarluaskan biogas sebagai sumber energy baru yang ramah lingkungan, terbarukan dan berkelanjutan sebagai dasar pengembangan sector komersial yang berorientasi pasar, di beberapa propinsi di Indonesia. Program ini berupaya untuk membantu masyarakat dalam mengolah limbah kotoran hewan (kohe) menjadi gas yang ramah lingkungan melalui reaktor biogas rumah dengan model kubah beton. Kegiatan program BIRU yang sudah didukung oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE) Kementerian ESDM, dikembangkan pada wilayah-wilayah yang potensial dalam pengembangan ternak di Indonesia, termasuk di wilayah Propinsi Bali, yang lebih fokus pada pemanfaatan kohe dari ternak sapi potong, ternak babi dan/atau ternak ayam petelur sesuai potensi yang ada.“Keseluruhan reaktor tersebut semuanya sudah menyala dan sudah dimanfaatkan oleh rumah tangga untuk memasak maupun lampu gas,”jelasnya. Perkembangan program biogas rumah secara perlahan-lahan sudah mulai dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, terutama para peternak sapi maupun ternak babi. Kesadaran masyarakat untuk mengelola lingkungan secara lebih baik melalui pengolahan limbah ternak menjadi biogas sudah semakin meningkat. Demikian pula di kalangan pemerintah baik di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota. Melalui program Bali Clean and Green Province,juga mendorong masyarakat untuk memanfaatkan lingkungan agar lebih bersih dan sehat. Hal ini tentu sejalan dengan program Biiogas Rumah (BIRU) yang mendorong upaya masyarakat (peternak) untuk mengolah limbah ternaknya menjadi gas yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sehingga kotoran hewan tidak dibuang ke sungai atau ke ruang terbuka, yang berakibat pada pencemaran lingkungan. (Marwan Azis). |
Foto : Antara/Rezza Estily.