Saat Sapi Kehilangan Susunya, Krisis Iklim Menyusup ke Gelas Susu Kita

Berita Lingkungan Environmental News Perubahan Iklim Riset Terkini

Ilustrasi kawanan sapi dan secangkir susu. Dok : Beritalingkungan.com

CHICAGO, BERITALINGKUNGAN.COM– Segelas susu dingin yang kita nikmati pagi hari tampak tak terpengaruh oleh badai iklim global. Tapi di ladang-ladang tenang tempat ribuan sapi perah hidup, gelombang panas diam-diam menggerogoti setiap tetesnya.

Sebuah studi mutakhir yang dipublikasikan dalam Science Advances mengungkap bahwa satu hari cuaca ekstrem saja dapat memangkas produksi susu hingga 10 persen, dan efeknya masih terasa lebih dari sepuluh hari kemudian. Bahkan, penggunaan teknologi pendingin modern hanya mampu mengimbangi sekitar setengah dari kerugian tersebut.

“Krisis iklim akan memengaruhi apa yang kita makan dan minum—termasuk segelas susu itu,” ujar Eyal Frank, asisten profesor dari Harris School of Public Policy, sekaligus salah satu penulis studi tersebut seperti dikutip Beritalingkungan.com dari laman epic.uchicago.edu (7/7/2025)

Penelitian ini menyelami dunia peternakan sapi perah di Israel—salah satu sistem peternakan paling maju di dunia. Dalam studi ini, para peneliti menganalisis data dari lebih dari 130.000 sapi selama 12 tahun, dipadukan dengan survei terhadap 300 lebih peternak untuk menilai dampak dari alat-alat pendingin seperti ventilasi dan sistem penyemprotan.

Panas yang Tak Terlihat, Kerugian yang Nyata

Kunci dari penurunan produksi susu ini adalah suhu kelembapan tinggi yang dikenal sebagai suhu bola basah (wet-bulb temperature), kombinasi dari suhu udara dan kelembapan. Ketika suhu ini melampaui 26°C, sapi-sapi seperti berada dalam sauna permanen. Dalam kondisi “mandi uap” ini, tubuh mereka kesulitan mendingin, stres meningkat, dan produksi susu menurun drastis.

Meski sebagian besar peternakan Israel sudah menggunakan teknologi pendingin, efektivitasnya menurun saat suhu naik. Pada suhu 24°C, hanya 40 persen kerugian produksi yang dapat diatasi. Namun demikian, pemasangan alat pendingin tetap dianggap menguntungkan secara ekonomi, karena biayanya bisa kembali dalam waktu sekitar 1,5 tahun.

“Para peternak tahu betul dampak buruk panas ekstrem terhadap sapi mereka. Tapi mengisolasi sapi sepenuhnya dari panas terlalu mahal untuk diterapkan,” jelas Ayal Kimhi, profesor dari Hebrew University of Jerusalem.

Negara Mana yang Paling Terdampak?

Dengan menggunakan data dari Israel sebagai model, para peneliti memproyeksikan dampak global terhadap sepuluh negara penghasil susu terbesar. Hasilnya mengejutkan: tanpa sistem pendingin, produksi susu harian bisa turun hingga 4 persen, dengan India, Pakistan, dan Brasil terdampak paling besar.

Bahkan dengan pendinginan, negara-negara seperti Amerika Serikat dan Tiongkok tetap mengalami penurunan produksi antara 1,5 hingga 2,7 persen per ekor sapi per hari.

Claire Palandri, penulis utama studi ini, menambahkan bahwa selain pendinginan, strategi lain juga dibutuhkan untuk menjaga kesehatan sapi, termasuk mengurangi stres akibat pemisahan anak dan induk, serta pembatasan gerak di kandang.

Menyelamatkan Tetes Terakhir

Apa yang tampak sebagai masalah peternakan sebenarnya adalah potret lain dari krisis iklim yang lebih luas. Suhu yang naik bukan hanya membakar lahan atau memicu kekeringan, tapi juga menyusup ke dalam rantai makanan kita, menurunkan hasil pertanian dan sekarang—produksi susu.

Di tengah upaya peternak untuk melawan panas dengan teknologi, riset ini menjadi pengingat bahwa adaptasi saja tidak cukup jika perubahan iklim terus melaju tanpa kendali. Yang dibutuhkan bukan hanya ventilasi untuk sapi, tapi juga komitmen global untuk menurunkan emisi karbon, mengubah sistem pangan, dan memberi ruang lebih bagi alam untuk bernapas.

Produksi susu adalah hasil dari keseimbangan kompleks antara iklim, nutrisi, dan kesehatan hewan. Ketika satu elemen terganggu, seperti suhu, dampaknya menjalar ke seluruh sistem pangan kita. Maka dari itu, menyelamatkan susu—berarti menyelamatkan bumi (Marwan Aziz).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *