Ketika Sang Ibu Menolak, Kisah Tragis Anak Harimau Sumatera yang Tak Pernah Disusui

Berita Lingkungan Satwa Terkini

Ilustrasi anak harimau sumatera. Dok : Beritalingkungan.com

BUKITTINGGI, BERITALINGKUNGAN.COM– Di balik jeruji kandang di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK), Bukittinggi, seekor induk Harimau Sumatera berdiri diam. Tatapannya kosong.

Di sudut kandang, tubuh mungil anak harimau itu telah membeku dalam sunyi. Bukan karena predator, bukan pula karena perburuan liar, tetapi oleh sesuatu yang lebih kompleks, penolakan dari ibu kandungnya sendiri.

Kematian anak Harimau Sumatera ini memicu perhatian publik luas. Banyak yang bertanya: bagaimana mungkin seekor induk, makhluk yang secara naluriah menjaga keturunannya, justru menolak memberi susu dan perawatan?

Kementerian Kehutanan, melalui Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), pun buka suara. Dalam siaran persnya, Dirjen KSDAE Satyawan Pudyatmoko menjelaskan bahwa penyebab kematian anak harimau ini kemungkinan besar bukan semata akibat malnutrisi, tapi berkaitan dengan kelainan genetik dan perilaku maternal sang induk.

“Indukan harimau ini berusaha mereject anaknya sendiri. Ia tidak menyusui dan tidak merawat,” ujar Satyawan melalui keterangan persnya yang diterima Beritalingkungan.com (7/07/2025).

Menurut penelusuran tim medis dan keeper di TMSBK, si induk yang bernama Yani menunjukkan tanda-tanda stres dan penolakan sejak awal kelahiran. Di alam liar, ini adalah respons yang bisa muncul akibat tekanan lingkungan atau genetic defect. Kasus ini juga membuka dugaan adanya warisan kelainan genetik dari garis keturunan induk, yang ditelusuri dari pejantan bernama Sean.

Kementerian Kehutanan kini mengambil langkah lanjutan: memeriksa genetik induk dan anak, serta melakukan kajian perilaku maternal lebih mendalam. Tujuannya jelas, memastikan tragedi ini tidak terulang dalam program breeding konservasi ke depan. Selain itu, evaluasi menyeluruh akan dilakukan terhadap manajemen kandang, nutrisi, dan standar animal welfare yang berlaku.

“Kami tetap berkomitmen terhadap konservasi Harimau Sumatera. Ini adalah spesies prioritas yang harus dijaga, baik secara genetik maupun kesejahteraannya,” tegas Satyawan.

Di alam liar, Harimau Sumatera adalah simbol kekuatan dan keluhuran rimba. Namun dalam kandang, bahkan harimau pun bisa terluka oleh tekanan yang tak terlihat. Kejadian ini menjadi refleksi penting bahwa konservasi bukan hanya soal menjaga jumlah populasi, tapi juga soal memahami kedalaman perilaku dan kesejahteraan makhluk hidup.

Kematian satu anak harimau mungkin terlihat kecil. Namun di baliknya, tersembunyi pelajaran besar tentang empati, ilmu pengetahuan, dan pentingnya menyelaraskan program konservasi dengan kebutuhan biologis dan psikologis satwa.

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah subspesies harimau terakhir yang masih bertahan hidup di Indonesia. Diperkirakan hanya tersisa kurang dari 600 individu di alam liar. Setiap kehilangan adalah peringatan, bahwa waktu bagi spesies ini semakin menipis (Marwan Aziz).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *