Pada survai yang dilaksanakan 29 Oktober 2014 dari Labuan Bajo – Flores, menjelajahi perairan sejauh 100 mil laut (>1800 km), setara dengan jarak panjang Pulau Jawa ditemukan beberapa fakta penting, antara lain:
1. Suhu permukaan laut selama survei berkisar antara 23°C hingga 30°C. Temperatur yang dingin berasal dari sumber air dingin yang naik (upwelling), berasal dari laut dalam dekat pantai di sekitar kepulauan di TNPLS.
2. Dua pulau paling selatan di Laut Sawu memiliki nama yang serupa: (1) Pulau Ndana di selatan Pulau Rote, dan (2) Pulau Dana, Sabu Raijua. Kedua pulau tersebut merupakan daerah larang-tangkap.
3. Pulau Batek: Di pulau terluar (Dana, Ndana dan Batek) langsung berbatasan dengan negara tetangga (Australia dan Timor Leste) merupakan ‘daerah larang-tangkap’ yang dijaga oleh aparat gabungan dari TNI AL, AD dan Perhubungan/Navigasi. Peluang dan potensi besar jika pengelola/BKKPN bisa bekerjasama dan memberi pemahaman mengenai konservasi sehingga petugas penjaga perbatasan dapat mengawasi dan menjaga perairan pulau-pulau tersebut.
4. TNPLS sudah dipastikan sebagai koridor migrasi Setasea yang sangat penting, perjumpaan dengan sekawanan Paus Biru, dua induk dan satu anak, terlihat melintas sangat cepat ke arah selatan di pesisir Tanjung Gemuk,perairan pesisir utara Timor.
5. Secara umum, Laut Sawu mendapat perhatian besar dari para ilmuwan kelautan karena banyaknya spesies yang belum terungkap. Dr. Syafyudin Yusuf, peneliti dari Universitas Hasanuddin telah menemukan kemungkinan spesies baru Montipora, dan dua catatan spesies (Duncanopsammia dan Psammocora stellata) di perairan ini, dan dua variasi baru yang unik dari spesies Acropora.
6. Kima raksasa (famili Tridacnidae), sebagai biota laut yang langka dan terancam punah di Indonesia sulit ditemukan di semua lokasi survei di Laut Sawu. Tidak hanya karena habitat mereka yang telah dirusak, kima juga dieksploitasi untuk diambil dagingnya, ribuan cangkang kima ditemukan di daratan dan digunakan sebagai mangkuk pembuat garam di beberapa desa.
7. Secara keseluruhan, densitas dan biomasa komunitas ikan di TNPLS didominasi oleh tiga famili yaitu Acanthuridae (ikan kulit pasir), Scaridae (ikan kakatua) dan Lutjanidae (kakap).
8. Kemungkinan satu spesies baru ikan kepe-kepe (Chelmon sp.) diidentifikasi dan diambil gambarnya oleh tim ikan dan tidak ada perbandingannya dalam beberapa buku panduan spesies ikan. Lebih jauh diperlukan analisis genetis untuk menegaskan apakah spesies tersebut merupakan spesies baru ataukah variasi dari spesies yang sudah ada.
9. Mata pencaharian utama masyarakat local yang tinggal di kepulauan dekat taman nasional adalah sebagai petani, sementara sumberdaya laut umumnya dimanfaatkan oleh orang dari luar. Lebih dari 500 nelayan dari Flores dan Sumbawa datang ke perairan Kepulauan Raijua untuk menangkap ikan pelagis dan cumi dan sebagian besar hasil tangkapan dikirim ke Jakarta.
10. Sebagian besar pantai berpasir yang ditemukan di pesisir Laut Sawu mempunyai potensi sebagai lokasi tempat penyu bertelur. Namun, banyak dari pantai tersebut rentan terhadap kenaikan permukaan laut.
11. Ikan hiu sangat langka ditemukan di perairan dangkal terumbu karang. Praktik-praktik penangkapan yang merusak (misalnya penggunaan bom) mungkin menjadi penyebab kelangkaannya, membuat populasi hiu pergi labih dalam untuk menghindari gangguan. Informasi dari masyarakat menunjukkan keberadaan praktik-praktik pengambilan sirip hiu oleh nelayan dari luar yang mungkin juga menjadi penyebabnya. (Jekson Simanjuntak)
–>