SUNGAI Sekanak merupakan anak sungai Musi yang sangat penting dalam sejarah Palembang. Dari tiga anak sungai yang mengelilingi Benteng Kuto Besak, hanya tinggal sungai Sekanak yang masih ada. Dua anak sungai lainnya, yakni sungai Tengkuruk dan sungai Kapuran sendiri sudah ditimbun pemerintah kolonial Hindia Belanda yang kini menjadi Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Merdeka.
Pelabuhan di sungai Sekanak yang terletak di sebelah barat Benteng Kuto Besak, merupakan tanah terakhir yang diinjak Sultan Mahmud Badaruddin II pada abad ke-18, sebelum dibuang pemerintah kolonial Belanda ke Ternate, Maluku.
Secara ekonomi, di masa Kesultanan Palembang Darussalam, dipenuhi perahu perdagangan sebab Sungai Sekanak termasuk sentra jual beli di Palembang. Segala hasil bumi yang dibawa dari hulu Musi, sungai terpanjang di Sumatra, ini dibawa hingga anak-anak sungainya termasuk Sekanak di Palembang.
Itulah mengapa Belanda pada masanya sempat membangun ulang permukiman tepian sungai Sekanak guna meremajakan potensi bekas kawasan inti Keraton Palembang Darussalam ini.
Sejarah paling penting dalam mempertahankan Sekanak terjadi berdekatan dengan masa itu. Sebab, kawasan dagang ini sesungguhnya benteng pertahanan terakhir dari Kesultanan Palembang ketika melawan kolonial Hindia Belanda maupun Inggris.
Kini, kondisi sungai Sekanak sama seperti anak-anak sungai Musi lainnya di Palembang. Gampang kering dan dipenuhi sampah. Selain itu badan sungai Sekanak pun mulai menyempit. Bahkan ujung sungai Sekanak yang berada di belakang gedung DPRD Sumsel bentuknya seperti parit yang lebarnya tak lebih dari 2 meter.
Padahal Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kota Palembang telah membentuk sanitasi massal pengelolaan limbah di sungai Sekanak. Sanitasi massal pengelolaan limbah itu akan dikembangkan dari rumah susun (rusun). Sebab, rusun terbentuk blok-blok dan pembuangan limbah rumah tangga menuju satu arah, yakni ke sungai.
Isu terbaru terkait sungai Sekanak ini, yakni akan adanya penggusuran pemukiman warga sekitar sungai Sekanak. Warga tentu saja menolak. Menurut kabar, perkampungan itu akan dibangun hotel dan mall. Yang berencana membangunnya adalah investor dari Malaysia. (Yasir Amri)