Eceng gondok Danau Tondano |
TONDANO, BL- Proyek revitalisasi Danau Tondano, Sulawesi Utara yang telah dimulai sejak tahun 2014 lalu dan sempat terhenti, akhirnya akan dilanjutkan pada pertengahan tahun ini. Total anggaran yang disiapkan mencapai Rp 28 Miliar.
Demikian disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Minahasa, Jeffry Korengkeng, Selasa (9/6).
“Karena revitalisasi ini untuk kepentingan seluruh masyarakat Minahasa dan umumnya Sulawesi Utara. Kami berharap pembangunan atau revitalisasi ini, didukung oleh semua elemen masyarakat Minahasa,” jelas Korengkeng.
Proyek revitalisasi ini sendiri, pada tahun 2014 lalu sempat menemui kendala dikarenakan, sejumlah pemilik lahan berkeberatan lahan miliknya dijadikan jalan masuk menuju proyek revitalisasi di pinggir danau yang menyebabkan proyek ini sempat terhenti, dan akhirnya mengorbankan kepentingan umum.
Keadaan ekosistem perairan Danau Tondano secara umum sedang mengalami penurunan mutu dengan keadaan terancam dari segi kuantitas maupun kualitas airnya, termasuk kelangsungan hidup biotanya. Sementara Pemkab Minahasa mengaku, sudah melakukan berbagai cara untuk menjaga kelestarian Danau Tondano namun belum menunjukan perkembangan positif.
Marthen Rondo, dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado mengungkapkan, kerusakan ekosistem Danau Tondano terjadi karena peningkatan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam ekosistem danau itu, yang belum mengikuti kaidah ekologis baik dalam ekosistem perairan danau sendiri maupun kegiatan di daerah sempadan dan daerah tangkapan air.
“Sumber kerusakan di ekosistem Danau Tondano yang teridentifikasi adalah, kerusakan lingkungan di daerah tangkapan air karena pengolahan lahan yang belum benar dan penebangan hutan sehingga menimbulkan erosi, sedimentasi, pendangkalan dan penyempitan danau,” papar Marthen.
Lanjut dia, sumber kerusakan lainnya yang teridentifikasi adalah pembuangan limbah pemukiman, pertanian, peternakan dan lainnya di ekosistem danau yang menyebabkan penurunan mutu air bahkan pencemaran air danau.
Dari sumber kerusakan itu, menurut Marthen, dampak kerusakan ekosistem yang teridentifikasi adalah, pendangkalan dan penyempitan danau, pencemaran perairan, peningkatan fluktuasi muka air danau dan banjir, pertumbuhan gulma air terutama enceng gondok dan penurunan keanekaragaman hayati.
“Yang terparah adalah kematian ikan akibat penyakit ikan dan umbalan air danau. Padahal Danau Tondano ini menjadi harapan dan sumber mata pencarian bagi sedikitnya 126.953 jiwa yang tersebar di tujuh dari 25 kecamatan di Kabupaten Minahasa yakni Langowan, Kakas, Tompaso, Remboken, Tondano, Toulimembet, dan Eris,” ungkap Marthen.
Diketahui, Danau Tondano yang bentuknya memanjang dari Selatan ke Utara Minahasa ini memiliki panjang maksimum 12 kilometer (km) dan lebar rataan empat km, bertipe danau kawah dan termasuk danau vulkanik. Tahun 1934, kedalaman Danau Tondano masih 40 meter (m), dan pada tahun 2006 tinggal rata-rata 11,35 m, dengan bervariasi 0 – 24 m.
Danau seluas 4.638 Hektare (Ha) ini tidak hanya berperan dalam menjaga keseimbangan lingkungan serta fungsi ekonomi di Kabupaten Minahasa, melainkan juga berpengaruh terhadap dampak banjir di Kota Manado. Pasalnya Danau Tondano juga mengalir dan bermuara di Laut Manado. Luapan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano ini ikut memberikan kontribusi besar terhadap terjadinya banjir di Manado. (Yoseph Ikanubun/Ekuatorial.com)
–>