![]() |
Ilustrasi kebakaran hutan di Riau. Foto : Antara. |
JAKARTA, BL- Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengajak semua pihak melakukan berbagai upaya mengantisipasi fenomena El Nino yang bisa memicu kebakaran hutan dan lahan serta bencana ekologi lainnya.
Apalagi diprediksi fenomena El Nino tahun ini lebih kuat dibandingkan dengan La Nina yang kemungkinan hadir pada akhir bulan Juni 2014.
Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, KLH, Ir Arief Yuwono melalui keterangan tertulisnya yang diterima Beritalingkungan.com pekan lalu.
Dijelaskan, pengaruh El Nino bisa memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), seperti El Nino yang terjadi pada tahun 1994/1995 sebesar 5 juta hektar terbakar dimana asap mencapai Singapura dan Malaysia. Kebakaran hutan dan lahan pada tahun 1997/1998 menimbulkan kerugian pencemaran asap USD 674 – 799 juta dan terjadinya kembali pencemaran asap lintas batas ke negara tetangga.
Peningkatan jumlah hotspots karena indikasi terjadinya pembukaan lahan dengan membakar dan karena pengaruh El Nino yang mengakibatkan kekeringan di wilayah Indonesia sehingga karhutla semakin meluas juga terjadi pada tahun 2006, 2009 dan 2012. “Untuk itu, perlu diantisipasi pengaruh El Nino pada musim kemarau tahun ini dimana sering terjadi pembukaan lahan dengan membakar,”ujarnya.
Kerugian bencana ekologi dari karhutla antara lain hilangnya nilai ekonomis tegakan kayu, menurunnya produktifitas ekosistem hutan, rusaknya lahan pertanian dan perkebunan, menurunnya kesuburan tanah, hilangnya fungsi-fungsi ekologis misalnya hidrologi, carbon menurun atau bahkan hilangnya keanekaragaman hayati.
Selain itu, dampak asap dari karhutla dapat menyebabkan meningkatnya penyakit pernafasan, meningkatnya biaya kesehatan, turunnya produk-tifitas akibat terganggunya aktivitas sosial, hilangnya mata pencaharian masyarakat, terganggunya kegiatan pariwisata, jarak pandang terbatas: terganggunya transportasi udara, darat dan perairan (sungai dan laut), penutupan airport dan penerbangan, hubungan negara tetangga, dan dampak jangka panjang: pemanasan global dan perubahan iklim.
Pada karhutla di Riau bulan Februari-Maret 2014 menyebabkan sekolah di daerah dengan kondisi ISPU berbahaya di Riau diliburkan, data Dinkes Riau sampai 18 Maret 2014 penderita penyakit yang berobat 61.647 orang dan terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) yaitu 53.933 orang. Penderita ISPA di Pekanbaru 13.941 orang, Rokan Hilir 8.154 orang, dan Bengkalis 6.409 orang. Dampak ekonomi berdasar analisis Kadin Riau bila dihitung PDRB Riau per tahun Rp 34,269 triliun lebih, diperkirakan sebulan terganggu aktivitas usaha dampak kabut asap yaitu = 30% total produktivitas x Rp 34,269 triliun = Rp 10 triliun.
KLH juga mengajak seluruh pihak terkait untuk melakukan kegiatan langsung di lokasi yang telah diidentifikasi rawan karhutla yaitu di Kabupaten Bengkalis di Riau dan Kabupaten Kubu Raya di Kalimantan Barat.
KLH juga meremendasikan sejumlah kegiatan yang perlu dilakukan dalam menghadapi El Nino seperti penguatan kapasitas Masyarakat Peduli APi (MPA), pemantauan (Ronda) dan penerapan pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) dgn pelibatan masyarakat dalam pengelolaan lahan gambut berkelanjutan, audit lingkungan perusahaan pada daerah resiko (rawan) tinggi kebakaran, desiminasi Data ISPU dan Informasi Peringkat Bahaya Kebakaran (FDRS), penguatan sistem peringatan dini, memberi insentif kepada masyarakat yang membuka lahan tanpa bakar, dan pengembangan pilot proyek desa bebas asap di lokasi rawan karhutla. (Marwan).