![](http://www.beritalingkungan.com/media/cache/53/4a/534a5423540ea1fe45e669c24c048f98.jpg)
JAKARTA, BL- Pihak Istana Negara kembali menggelar diskusi Jumatan untuk membahas penanganan bencana di Indonesia. Acara tersebut akan berlangsung setelah shalat Jumat.
Hal tersebut disampaikan Erick Ridzky, Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) melalui siaran persnya yang diterima BeritaLingkungan.
“Kita perlu membicarakan konsep mitigasi bencana yang ada secara komprehensif. Sebab, ada dugaan kuat bahwa antara bencana tektonik, vulkanik, juga banjir bandang, memiliki kaitan dengan karakteristik geologis kita,” kata Erick Ridzky, Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB).
Untuk membahas antisipasi risiko kebencanaan dan pola mitigasi atas potensi bencana di beberapa lokasi yang menjadi “hot spot”, seperti Siberut, Sumatera dan Gunung Anak Karakatau, Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) menyelenggarakan Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana bersama berbagai lembaga pemerintah dan kalangan pakar kebencanaan.
Acara yang digelar Jumat (10/12) siang di Istana Presiden itu, menurut rencana akan dihadiri petinggi-petinggi lembaga pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi pokok penanganan bencana. Acara juga akan dihadiri ahli kebencanaan tingkat nasional dan internasional, termasuk pakar gempa bumi kenamaan dari Earth Observatory of Singapore (EOS), Prof. Kerry Sieh.
“Professor Sieh yang pernah menjadi nara sumber dalam pembuatan program dokumenter mengenai “Tsunami Asia” di National Geographic, akan membuka hasil penelitiannya mengenai potensi gempa bumi di Siberut, Sumatera Barat. Banyak ahli yang mempercayai bahwa terjadi gempa besar setiap dua ratus tahun sekali di patahan tektonik Sumatera tersebut,” ujar Erick Ridzky.
Selain itu, Rektor UGM Prof. Sudjarwadi dan pakar geologi asal UGM, Prof. Dwi Korita Karnawati, juga direncanakan hadir. Kehadiran rombongan pakar kebencanaan dari UGM itu terkait dengan rencana pembangunan Pusat Riset Kegunungapian di Jogjakarta, sebagai antisipasi terhadap fenomena keaktifan kembali berbagai gunung berapi di Indonesia.
Sebelumnya, Istana juga terlibat aktif mendukung pembangunan Pusat Riset Kegempabumian di Bandung. Pusat Riset Kegempabumian tersebut direncanakan segera memulai aktifitasnya pada awal tahun depan. (Marwan Azis).