COP 20 Peru. Foto: Actualidad Ambiental/SPDA |
LIMA, PERU, BERITALINGKUNGAN.COM “Inilah tahun iklim yang penuh ambisi.” Pernyataan itu disampaikan Sekretaris Eksekutif Kerangka Kerja untuk Konvensi Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) Christiana Figueres di Lima, Peru , dalam pembukaan Konferensi Perubahan Iklim PBB pada Senin (1/12) waktu setempat.
Sebanyak 195 negara telah memastikan kehadiran mereka dalam konferensi yang disebut pula konferensi para pihak ke-20 (COP20) dan pertemuan para pihak untuk Protokol Kyoto ke-10 (CMP10), yang akan berlangsung 1-12 Desember 2014.
Saat memberikan sambutan pembukaan, Christiana menekankan empat isu penting yang harus diselesaikan dalam COP kali ini. Pertama adalah penyusunan kerangka protokol baru sebagai pengganti Protokol Kyoto, yang akan berakhir tahun depan, isu kedua adalah target penurunan emisi setiap negara sebelum tahun 2020, lalu kapitalisasi Green Climate Fund (GCF) yang merupakan instrumen pendanaan iklim yang resmi di bawah UNFCCC, dan isu keempat adalah isu penurunan emisi secara riil tanpa penundaan lagi.
COP13 di Warsawa, Polandia tahun 2013 lalu, konvensi telah menyepakti keputusan agar setiap negara (party) menyampaikan intended nationally determined contributions (iNDC) yang memuat target penurunan emisi mereka pasca 2015. Target inilah yang nanti akan dijadikan patokan untuk menetapkan penurunan emisi dalam protokol baru. Negara yang sudah siap dengan iNDC diharapkan menyerahkan laporan mereka pada triwulan pertama tahun 2015.
Untuk menegaskan betapa pentingnya COP20 di Lima ini, Christiana mengistilahkan keempat isu itu ibarat kertas lakmus kesuksesan konferensi ini. “Inilah saatnya kita membuat jalur-jalur yang tak akan lekang oleh waktu seperti Garis Nazca,”ujarnya.
Menteri Lingkungan Hidup Peru sekaligus Presiden COP20 Manuel Pulgar-Vidal juga menegaskan penyertaan Christiana, dengan mengungkapkan dukungan penuh dari pemerintah Peru terhadap keberhasilan konferensi menghasilkan dokumen penting. “Kami mengharapkan putusan konvensi akan memuat tentang mitigasi pra-2020, REDD+, kapitalisasi GCF, dan draft teks untuk protokol iklim yang baru,” ungkapnya.
Untuk mendorong para delegasi menghasilkan putusan penting, pada tanggal 11 Desember akan diselenggarakan “Climate Action Day”, dimana perwakilan non-pemerintah (non parties) yang terdiri dari para akvitis lembaga swadaya masyrakat, kelompok pemuda, dan kelompok masyarakat adat, dan kelompok lain dalam konferensi, diberi kesempatan untuk mengungkapakan keinginan dan tuntutan mereka di hadapan pada anggota delegasi dari seluruh dunia.( IGG Maha Adi/Ekuatorial)