
Banjir mengakibatkan terendamnya rumah warga di Kabupaten Aceh Besar, Jumat (14/2). Foto: BPBD Aceh Besar
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM– Perkembangan situasi kebencanaan pada pekan ketiga Februari 2025 menunjukkan angka yang cukup mencengangkan. Terhitung pada Minggu (16/2), Bencana Hidrometeorologi masih mendominasi sejumlah kejadian yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia, dengan total sembilan kejadian baru yang cukup berdampak.
Abdul Muhari, Ph.D., Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, dalam keterangannya mengungkapkan bahwa bencana-bencana tersebut melibatkan cuaca ekstrem dan tanah longsor, yang menyebabkan kerusakan besar di beberapa wilayah.
“Pada tanggal 15 Februari lalu, cuaca ekstrem melanda beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Barat, termasuk Karawang, Majalengka, dan Bandung. Tidak hanya merusak rumah-rumah warga, tetapi juga fasilitas umum, termasuk fasilitas kesehatan yang terimbas kerusakan,” jelas Abdul Muhari (17/2/2025).
Menurut data dari BNPB, di Kabupaten Karawang, tercatat sebanyak 45 kepala keluarga (KK) atau 145 warga terdampak. Sebanyak 40 rumah dan satu fasilitas kesehatan mengalami kerusakan. Di Kabupaten Majalengka, 21 KK dan 59 rumah rusak, sementara di Bandung, 44 KK dan 44 rumah ikut terdampak.
Tidak hanya cuaca ekstrem, bencana tanah longsor turut memperparah kondisi. Di Kabupaten Pandeglang, Banten, tanah longsor menelan korban jiwa satu orang meninggal dan satu lainnya mengalami luka ringan. Kerusakan akibat longsoran ini sedang dalam tahap pendataan lebih lanjut.
“Bencana tanah longsor ini juga melanda Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, yang menyebabkan kerusakan pada 22 rumah dan 11 unit rumah rusak berat. Ini menambah tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam penanganan bencana,” ungkapnya.
Sementara itu, di wilayah tengah Pulau Jawa, tepatnya Kabupaten Pati, Jawa Tengah, cuaca ekstrem juga mengakibatkan 35 KK dan 35 unit rumah rusak, serta kerusakan pada fasilitas ibadah dan infrastruktur seperti tiang listrik dan kendaraan.
Perkembangan serupa juga terjadi di Pulau Sumatera, dengan banjir melanda Kabupaten Aceh Besar yang menyebabkan 33 KK atau 222 jiwa terdampak. Begitu pula di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, yang dilaporkan terdampak banjir dengan 333 KK dan 333 rumah rusak.
“Di sisi lain, erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Nusa Tenggara Timur juga perlu mendapat perhatian khusus. Status gunung api ini telah naik menjadi level IV (Awas), yang mengharuskan sekitar 1.457 KK atau 5.086 warga mengungsi,” terang Abdul Muhari.
Menanggapi ancaman bencana hidrometeorologi, BNPB terus mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk tetap waspada dan siaga. “Kami mendorong masyarakat untuk melakukan mitigasi risiko, seperti memangkas ranting pohon yang rawan roboh saat angin kencang, serta memeriksa struktur bangunan rumah, terutama atap, guna menghindari kerusakan lebih lanjut.”
Sebagai penutup, Abdul Muhari mengingatkan bahwa BNPB akan terus memberikan laporan terkini terkait penanganan bencana di Indonesia, serta mendorong kolaborasi antara pemerintah daerah dan masyarakat untuk mengurangi dampak dari bencana yang terjadi.
“Bencana ini adalah tantangan bersama, dan upaya mitigasi serta kesiapsiagaan yang baik dapat membantu meminimalisir kerugian dan korban. Kami berharap seluruh pihak dapat bekerjasama demi keselamatan bersama,” tambahnya.
Dengan meningkatnya potensi bencana di beberapa wilayah, perhatian dan upaya mitigasi yang optimal sangat dibutuhkan agar bencana dapat diminimalkan dampaknya (Marwan Aziz).