JENEWA– BL Avianto Amri, salah satu delegasi Indonesia dalam Global Platform di Jenewa, Swiss menekankan perlunya pelibatan partisipasi anak dalam Pengurangan Risiko Bencana. Sebab masing-masing anak mempunyai perspektif risiko yang berbeda dalam menghadapi bencana.
” Seperti di Meulaboh, anak-anak punya cara tersendiri untuk bangun dari keterpurukan akibat bencana disamping aksi trauma healing (pemulihan) dari organisasi besar yang mendampingi mereka saat itu,”kata Anto kepada jurnalis beritalingkungan.com (BERLING) yang juga hadir dalam pertemuan tersebut (17/ 6/9).
Lebih lanjut Anto menjelaskan, sudah saatnya orang dewasa mendengar masukan dari anak-anak. Harusnya terjadi hubungan yang lebih sinergi antara yang muda dan yang tua.
”Di Philipina contohnya, anak-anak di suatu sekolah menulis surat kepada pemerintah lokal untuk memindahkan sekolahnya lantaran daerah mereka rawan longsor. Walaupun lewat berbagai intrik dan konflik akhirnya sekolah itu jadi dipindahkan. Karena semua mau peduli dan bisa melihat risiko bagaimana nantinya,” ujar Anto usai mengikuti side event yang membahas Children for change for local Resiliance.
Kegiatan ini bermaksud untuk memotivasi pemerintah agar mau melaksanakan Kerangkan Kerja Hyogo, untuk mengenali celah dan kesempatan anak agar ikut berpartisipasi dalam Pengurangan Risiko Bencana. Menabung hari ini untuk keselamatan di kemudian hari. (Arg-Trinimalaningrum).