Andhika, aktivis Aksi Cepat Tanggap (ACT) Indonesia yang ikut dalam tim kemanusiaan ke Somalia sejak tanggal 19 Agustus lalu, berbagi catatan pengalaman seputar kesulitan yang dialami di Bandara Soekarno Hatta, jelang keberangkatan tim kemanusian ke Somalia dan kemudahan yang diperoleh ketika mendarat di Bandara Jomo Kenyatta, Nairobi, berikut laporanya.
Setelah mengalami sedikit kendala kelebihan bagasi dan mencoba melobby pihak Emirates Airline yang tampaknya kurang bisa memahami bahwa barang-barang yang kami bawa adalah bantuan kemanusiaan dan dikenakan charge USD 50, akhirnya kami segera memutuskan alternatif kargo yang dengan negosiasi yang cukup memakan waktu, pihak kargo bisa memberikan harga yang hemat secara signifikan. Sementara pihak Emirates akhirnya pun memberikan tambahan beberapa kg.
Alhamdulillah, dengan bergegas tim dapat segera menempuh proses imigrasi dan masuk pesawat. Waktu yang terpotong untuk mengurus bagasi sekitar 1,5 jam. Tim berangkat dari Jakarta, malam itu, Jumat (19/8/2011) turut dilepas oleh Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ahyudin beserta kru dan didampingi oleh First Secretary Embassy of Somalia Republic, Abdisalan yang mendampingi hingga boarding.
Meskipun sebagai tangan kanan Dubes Somalia, Mohamud Olow Barow, Abdisalan tampak rendah hati. Dengan senang hati ia membantu dan mengantar tim sampai pintu keberangkatan. Bahkan ketika tim harus membongkar muatan untuk repackaging, beliau dengan ringan tangan membantu mengangkat box yang beratnya tak kurang dari 20 kg.βIni kan juga untuk rakyat Somalia. Izinkan saya untuk membantu dengan cara saya,β katanya. Beliau juga membantu melobi pihak maskapai penerbangan terkait dengan kelebihan muatan.
Akhirnya tim bertolak menuju Dubai pukul 00.40 WIB dan tiba pukul 07.00 waktu setempat (selisih waktu 3 jam lebih lambat dibandingkan Jakarta). Sampai di Dubai, tim harus menunggu sekitar 9 jam untuk penerbangan menuju Nairobi, Kenya. Selama di Dubai, tim terus mengontak mitra lokal dan pihak Direktorat Asia Pasifik dan Afrika Kemenlu RI untuk berkoordinasi. Akhirnya pukul 15.25 waktu Dubai, tim bertolak ke Nairobi, Kenya.
ACTion Team dipimpin oleh Imam Akbari (Team Leader). Imam adalah Vice President Program ACT sekaligus Direktur Internasional Humanity Respons ACT. Ia berpengalaman dalam misi kemanusiaan dalam dan luar negeri, telah menjejak belasan negara termasuk menerobos Gaza 2010 dan masuk ke 13 kamp pengungsian Palestina di Jordania. Anggota tim terdiri atas Andhika Purbo Swasono (Ahli Logistik dan Media).
Ia adalah salah satu Koordinator Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) ACT, berpengalaman aksi emergensi di sejumlah lokasi bencana tanah air. Dua relawan ahli medis yakni dr. Adji Soeranto Sp.A yang berpengalaman menjalankan misi kemanusiaan dalam dan luar negeri. Terakhir, dr Adji bersama ACT berkiprah membantu korban banjir Pakistan 2010. Dr Adji sudah bertugas di 22 negara.
Tim medis lainnya adalah dr. Nahdlatul Ulami yang berpengalaman di sejumlah bencana alam dan sosial di tanah air. Ia adalah ahli medis yang akan diperankan untuk para korban wanita, sesuai permintaan Dubes Somalia.
Seluruh anggota tim berpuasa dengan sahur di perjalanan Jakarta β Dubai dan berbuka menjelang mendarat di Nairobi. Ini adalah pengalaman pertama seluruh anggota tim menjalankan sahur dan berbuka di 2 pesawat berbeda. Tim berkomitmen untuk tidak menjadikan puasa sebagai hambatan dalam menjalankan misi mulia ini tetapi justru menjadi penyemangat yang luar biasa.
Tim akhirnya mendarat di Bandara Jomo Kenyatta (nama Presiden pertama Kenya) pada pukul 20.00 waktu Nairobi. Setelah mengurus visa on arrival dan proses keimigrasian yang relatif mudah, tim pun dapat meloloskan barang bantuan tanpa pemeriksaan dan prosedur berbelit.
Setelah itu tim sempat kesulitan mengontak KBRI dan mitra lokal di Nairobi yang akan melakukan penjemputan. Maka kami berinisiatif menjalankan plan B dengan menggunakan taksi bandara untuk langsung menuju KBRI.
Pada saat itulah, Allah untuk kesekian kalinya memberikan kemudahan. Seseorang memanggil kami dan memperkenalkan dirinya. Ketika beliau memberikan kartu namanya, ternyata beliau adalah Hassan, pimpinan Zamzam Foundation Somalia cabang Kenya yang berkedudukan di Nairobi. Zamzam Foundation adalah salah satu lembaga yang bertemu Imam Akbari saat mewakili ACT sama-sama menghadiri Konferensi NGO sedunia (UNIW) di Istanbul Turki tahun 2009. Konferensi tersebut dihadiri lebih dari 100 NGO dari 5 benua termasuk ACT dan beberapa negara Afrika seperti Somalia, Kamerun, Madagaskar dan sebagainya.
Zamzam Foundation adalah sebuah NGO yang berdiri tahun 1992 dan melayani kemanusiaan dan pembangunan manusia di wilayah Tanduk Afrika. Ruang lingkupnya antara lain, program-program Relief, Kesehatan dan HIV/AIDS, Pendidikan, Water Sanitation and Hygiene (WASH), perkembangan anak-anak dan yatim dan lain-lain.
Zamzam Foundation berkantor pusat di Mogadishu, Somalia. Mereka akan menjadi salah satu mitra ACT dalam menjalankan program ke depan, termasuk program Global Qurban yang akan mendistribusikan daging qurban ke wilayah-wilayah Afrika yang dilanda kelaparan, khususnya Somalia.
Informasi dari Hassan, kondisinya sangat memungkinkan untuk bisa masuk ke Somalia termasuk melalui Mogadishu. Beliau akan membantu dalam pengadaan logistik bantuan yang dibutuhkan baik bahan pangan maupun obat-obatan melengkapi yang kami bawa dari tanah air. Aksi-aksi di perbatasan Kenya-Somalia juga memungkinkan karena banyak pengungsi yang tinggal di perbatasan.
Hassan dengan kendaraannya plus mobil carteran pun mengantarkan tim dan mengangkut seluruh logistik yang kami bawa ke sebuah penginapan yang sangat sederhana di Kigali Road pusat kota Nairobi, berdekatan dengan salah satu masjid terbesar di Nairobi. Alhamdulillah kami sempat menjalankan sahur, tilawah dan shalat malam dan juga sholat subuh di Masjid.