Suasana lengang di Desa Sangaji Nyeku, Kecamatan Ibu Utara, Kabupaten Halmahera Barat, Sabtu (18/5). Wilayah Desa Sangaji Nyeku berada tepat menghadap jalur aliran lava dari kawah utama Gunungapi Ibu dengan radius 6 kilometer. PVMBG merekomendasikan agar wilayah desa tersebut dikosongkan sementara selama Gunungapi Ibu berada pada level IV (Awas) sejak Kamis (16/5).
HALMAHERA BARAT, BERITALINGKUNGAN.COM – Status Gunungapi Ibu masih bertengger di level IV (AWAS) sejak Kamis (16/5). Sejumlah upaya penanganan darurat terus dilakukan oleh seluruh unsur forkompimda Kabupaten Halmahera bersama Pemerintah Provinsi Maluku Utara, tak terkecuali Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Dua hari setelah kenaikan status itu, BNPB melalui Kedeputian Bidang Logistik dan Peralatan (Kedeputian 5) bersama tim Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatinkom) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Halmahera Barat mengunjungi Desa Sangaji Nyeku, Kecamatan Ibu Utara. Jika ditarik garis lurus, wilayah Desa Sangaji Nyeku hanya berjarak 6 kilometer dan berada tepat berhadapan langsung dengan bukaan kawah bagian utara.
Sebagaimana yang telah direkomendasikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), atas kenaikan level tertinggi status Gunungapi Ibu, maka radius jarak 4 kilometer dari puncak kawah utama harus dikosongkan dari segala jenis aktivitas masyarakat, termasuk wisatawan dan pendaki gunung.
PVMBG juga menetapkan perluasan sektoral berjarak 7 kilometer ke arah bukaan kawah di bagian utara kawah aktif. Artinya Desa Sangaji Nyeku masuk dalam sektor tertentu di bagian utara mulut kawah yang juga harus dikosongkan. Sebab, wilayah desa itu masuk dalam kawasan rawan bencana erupsi Gunungapi Ibu dan penduduk yang ada di situ harus dievakuasi.
Pada saat berada di lokasi, Gunungapi Ibu tidak banyak menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkaniknya. Hanya terlihat hembusan asap berwarna putih dari sisi bukaan kawah bagian utara. Tim PVMBG pun juga sebelumnya turun ke lokasi tersebut untuk perekaman data visual melalui pesawat nirawak.
Tim BNPB pun tidak sendirian. Di lokasi itu ada 4 Babinsa yang mendampingi. Babinsa ini juga bertugas untuk pengamanan warga dan wilayah selama penduduk desa tersebut dievakuasi ke lokasi pengungsian. Menurut keterangan Babinsa, sebagian besar warga sudah dievakuasi di dua titik, yakni di Desa Tongute Ternate Asal dan Gam Ici yang berada di Kecamatan Ibu Tengah.
Dari hasil monitoring yang dilakukan selama kurang lebih 15 menit itu, memang terlihat bahwa desa tersebut lengang dari aktivitas penduduk. Akan tetapi masih ada beberapa warga yang terlihat masih ada di sana.
Saat dijumpai, warga mengaku bahwa jika kondisi aman dan pada saat siang hari, biasanya masih ada satu-dua warga yang kembali ke rumah untuk memastikan kondisi rumah aman selama mereka tinggal sementara di pengungsian. Jika matahari sudah condong ke arah barat atau ada tanda-tanda erupsi yang besar, maka mereka akan segera kembali ke pengungsian untuk istirahat dan menyelamatkan diri.
“Kalau siang, kami kadang pulang untuk memeriksa keadaan dan kondisi rumah. Tapi jelang sore kami kembali ke pengungian,” jelas seorang warga.
Mengetahui kondisi situasional tersebut, Deputi 5 BNPB Lilik Kurniawan kemudian memberikan imbauan kepada warga agar tidak terlalu sering kembali ke rumah selama belum ada rekomendasi dari pihak PVMBG dan pemerintah daerah setempat yang memperbolehkan untuk pulang ke rumah.
Lilik juga memastikan bahwa seluruh fasilitas dan kebutuhan dasar warga pengungsi sudah terpenuhi. Dapur umum, toilet bersih hingga pelayanan kesehatan sudah tersedia di tiap-tiap lokasi pengungsian. Sehingga warga dipastikan dapat lebih terjamin selama berada di pengungsian.
“Karena mash level IV dan belum ada rekomendasi untuk kembali ke rumah, maka sebaiknya tidak pulang-pulang dulu,” kata Lilik.
Lilik juga meyakinkan masyarakat bahwa selama mereka berada di pengungsian, ada Babinsa dan Bhabinkamtibmas yang berpatroli memastikan keamanan. Lebih dari itu, Lilik juga mengatakan bahwa kehadiran BNPB, BPBD dan Babinsa menjadi wujud bahwa pemerintah mulai dari pusat hingga level desa/kelurahan telah bersinergi untuk keselamatan masyarakat sebagai hukum tertinggi.
Erupsi Terjadi
Kurang dari 12 jam setelah peninjauan lokasi oleh tim BNPB, BPBD dan Babinsa, Gunungapi Ibu kembali erupsi hingga dua kali. Erupsi yang pertama tinggi kolom abu teramati hingga 4.000 meter di atas puncak kawah berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat dan barat laut pada pukul 20.08 WIT.
Abdul Muhari, Ph.D.Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB menyampaikan erupsi yang kedua terjadi selang 24 menit kemudian atau pukul 20.34 WIT. Pada erupsi yang kedua ini, tinggi kolom abu teramati mencapai 1.000 meter di atas puncak berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur laut dan timur.
“Erupsi yang terjadi pada malam hari itu, seluruh tim gabungan penyelamatan dan evakuasi turun ke desa-desa untuk segera membawa warga ke beberapa lokasi pengungsian. Warga Desa Sangaji Nyeku yang sebelumnya masih bertahan pun tak luput dari upaya evakuasi massal itu,”ujarnya.
Ia menuturkan data sementara yang dihimpun tim lapangan, ada lebih dari 1.000 warga di tujuh desa yang dievakuasi tadi malam. Sejumlah kendaraan truk taktis milik TNI, Polri, Basarnas, BPBD dan mobil bak terbuka milik warga terus berdatangan ke beberapa lokasi pengungsian membawa warga.
Kejadian erupsi yang begitu cepat ini sempat membuat panik warga, sebab kolom abu dan lontaran lava pijar disertai kilatan petir terlihat dengan jelas dari seluruh penjuru radius 7 kilometer. Suara gemuruh dan dentuman petir pun terdengar oleh sebagian besar warga.
“Beruntung dari dua erupsi itu tidak ada laporan jatuhnya korban jiwa. Tim gabungan dan warga dapat bersinergi dan sangat kooperatif dalam upaya penyelamatan. Situasi berangsur-angsur kondusif setelah warga berhasil dievakuasi, sejalan dengan Gunungapi Ibu yang kembali landai meski erupsi-erupsi lainnya masih mengintai.”pungkasnya (Marwan Aziz)