JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Tim Ekspedisi Susur Sesar Baribis yang terdiri dari dua belas peneliti muda dengan latar belakang ilmu yang beragam diberangkatkan untuk menyusuri wilayah-wilayah yang pernah mengalami kerusakan akibat gempa yang diperkirakan disebabkan oleh pergerakan sesar aktif Baribis.
Sesar Baribis, yang merupakan sesar terpanjang di Pulau Jawa, membentang dari timur hingga barat pulau Jawa, melintasi selatan Indramayu, sisi barat Subang dan Purwakarta, Karawang, Cibatu (Bekasi), Depok, Jakarta hingga Tangerang dan Rangkasbitung. Sesar ini pernah menyebabkan gempa besar pada tahun 1834 di Bogor dengan kekuatan 7.0 Mw dan pada tahun 1862 di Kabupaten Karawang dengan kekuatan 6.5 Mw.
Sebagai bagian dari negara yang terletak di wilayah ring of fire, Indonesia dinilai belum memaksimalkan daya ingat kolektif dan pengetahuan lokal dalam upaya pengurangan risiko bencana. Oleh karena itu, Skala Indonesia bekerja sama dengan Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG-UI), Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), dan didukung oleh USAID-KUAT, menggelar Ekspedisi Susur Sesar Baribis. Ekspedisi ini akan menyusuri beberapa wilayah di Jawa Barat seperti Bekasi, Purwakarta, Sumedang, Majalengka, Subang, Bogor, dan Depok dengan misi riset mitigasi bencana.
Trinirmalaningrum, Direktur Skala Indonesia, menekankan pentingnya kegiatan ini untuk meningkatkan literasi tentang sejarah bencana di Indonesia, yang masih terbatas.
“Literasi tentang sejarah bencana di Indonesia itu tersebar di berbagai wilayah baik dalam bentuk tradisi lisan maupun tertulis, melalui naskah-naskah kuno. Dan masih sangat sedikit informasi tentang sejarah bencana di Indonesia,” ujarnya.
Bill Marsden, Project Director USAID KUAT-Miyamoto International, menyatakan dukungannya terhadap ekspedisi ini. Marsden mengingatkan bahwa jumlah penduduk yang semakin tinggi di kawasan perkotaan membuat pembangunan rumah yang tidak memperhatikan ketahanan gempa menjadi lebih berisiko.
“Ekspedisi Baribis sangat penting untuk mengetahui jejak bencana gempa di masa lalu, membantu menyusun strategi mitigasi di masa kini, dan juga meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk lebih tangguh dalam menghadapi gempa,” jelasnya.
Trinirmala Ningrum, Penanggung Jawab Tim Ekspedisi Susur Sesar Baribis, menambahkan bahwa hasil penelitian ini akan diberikan kepada pemerintah setempat sebagai bagian dari upaya membangun kesadaran masyarakat.
“Pendekatan yang kita lakukan adalah berdasarkan teknologi yang berkembang. Kita lupa hal yang terpenting adalah bagaimana meningkatkan literasi kepada masyarakat, terutama untuk usaha meminimalisasi jatuhnya korban jiwa akibat gempa dan tsunami,” ujar Rini yang juga aktif di Greenpress ini.
Ekspedisi Susur Sesar Baribis ini melibatkan peneliti dari berbagai disiplin ilmu seperti Sejarah, Sosiologi, Antropologi, dan Geologi. Tim akan melakukan riset di wilayah yang diperkirakan dilalui oleh sesar Baribis dan menilai ketangguhan desa serta kota sesuai dengan Perka BNPB Nomor 1/2012 dan indikator yang ditetapkan oleh UNDRR – Badan PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana. Riset ini akan dilaksanakan pada bulan Mei.
Hasil dari ekspedisi ini akan dituangkan dalam bentuk buku, artikel populer, video pendek, dan film dokumenter, serta diikuti dengan seri diskusi publik tentang pengetahuan dan ancaman bencana. “Hasil dari ekspedisi ini nantinya akan kami advokasikan pada pemerintah agar dapat dijadikan pertimbangan dalam kebijakannya,” pungkas Rini (Marwan Aziz)