JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM – Sampah styrofoam menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup masyarakat kepulauan serta lingkungan hidup yang harus dibenahi. Ancaman sampah styrofoam atau sampah plastik masih banyak ditemukan di berbagai kepulauan di Indonesia.
The Antheia Project bersama Universitas Paramadina dan Taman Nasional Kepulauan Seribu menilai ancaman kerusakan lingkungan khususnya di Pulau Harapan dapat dibenahi dengan memberdayakan perempuan.
Melalui workshop, The Antheia Project berkolaborasi memberikan solusi nyata mengatasi masalah lingkungan, sekaligus mengubah perilaku masyarakat agar memilih gaya hidup ramah lingkungan.
Workshop bertema #SayNoToStyrofoam ‘Memberdayakan Perempuan Lewat Sampah Daur Ulang’ merupakan peningkatan kapasitas bagi ibu-ibu dalam mengelola limbah, terutama styrofoam, plastik, kain dan karet menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Co-Founder of The Antheia Project Ruhani Nitiyudo menjelaskan bahwa sampah bisa diolah menjadi barang-barang daur ulang yang siap dijual di toko souvenir Pulau Harapan, agar dibeli wisatawan.
“Program workshop ini juga mendukung program pemerintah, target tahun 2025 bisa mengurangi 70 persen sampah ke laut,” katanya.
The Antheia Project sengaja mengajak ibu-ibu di Pulau Harapan untuk tidak hanya memilah sampah namun mengolahnya menjadi barang yang bisa digunakan lagi. “Kami ingin mengajak Ibu-ibu Pulau Harapan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik lagi,” ujar Ruhani.
Melalui program ini diharapkan hasil kerajinan dari sampah styrofoam dan plastik dapat dijual kembali sehingga tidak lagi merusak ekosistem laut. Termasuk agar standar hidup selaras dengan alam yang dulu bersih dari sampah dapat tetap dinikmati dan menjadi warisan bersama.
“Inisiatif ini juga sejalan dengan program ekonomi sirkular yang digagas pemerintah untuk mengurangi styrofoam dan plastik dan meningkatkan ekonomi masyarakat,” katanya.
Senada dengan itu, Project Manager The Antheia Project Ignatius Mario menjelaskan bahwa, Pulau Harapan sebagai lokasi yang strategis dalam memberikan edukasi pengelolaan sampah.
“Materi workshop pengelolaan limbah yang kami berikan adalah tentang pentingnya pengelolaan sampah dan cara mengelola sampah menjadi barang yang lebih bermanfaat, seperti pouch, rok, dan tas,” katanya.
Ignatius juga berharap dapat berkolaborasi dengan organisasi lain dan pemerintah untuk pemasaran produk yang dihasilkan. “Kedepan The Antheia Project akan terus melakukan edukasi pengelolaan sampah dengan masyarakat Pulau Harapan. Kami juga menunjukkan proses pembuatan dan sampel produk-produk yang dihasilkan melalui upcycling,” ujar Mario.
Sementara itu, Staff Penyuluh Kehutanan Taman Nasional Kepulauan Seribu Firmansyah Kusumajaya menjelaskan bahwa Taman Nasional Kepulauan Seribu khususnya SPTN Wilayah II Pulau Harapan, sangat mendukung kegiatan pengolahan sampah.
“Karena kita tahu bahwa sampah sudah menjadi isu lingkungan yang sangat mengkhawatirkan,” ujarnya.
Kegiatan pengolahan sampah diharapkan dapat mengurangi sampah di Pulau Harapan, khususnya sampah di laut kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu. “Sehingga laut kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu menjadi lestari dan ekosistemnya terjaga dengan baik,” pungkas Firmansyah. (Jekson Simanjuntak)