Masyarakat Adat Warungbanten Galakkan Literasi dan Bertani

Berita Lingkungan Masyarakat Adat News Perubahan Iklim Terkini

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM – Perwakilan masyarakat adat Desa Warungbanten Ruhandi menegaskan jika masyarakat adat juga terimbas krisis iklim. Untuk mengatasi hal itu, pihaknya menggalakkan gerakan bertani dan beternak.

“Sewaktu menjabat kepala desa, saya mencoba membuat satu gebrakan, bagaiimana masyarakat bisa sadar untuk bertani dan beternak,” ujar Ruhandi pada sesi diskusi “Perempuan dan Iklim” di Jakarta (4/11).

Dalam beberapa tahun terakhir, meskipun masyarakat adat memiliki tradisi bertani, yakni padi huma dan sawah serta beternak, ternyata tidak banyak anak muda yang menggemari kegiatan tersebut.

“Saya melihat, yang beternak sudah sangat jarang, yang sawah juga usianya 40 tahun keatas. Karena anak-anaknya sekolah lalu dia diluar, atau nikahnya ke orang luar,” jelas Ruhandi.

Kondisi tersebut menyebabkan banyak lahan pertanian di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten terlantar. Sebagian malah ditumbuhi tanaman liar yang tidak bermanfaat. Akibatnya, jumlah petani menjadi berkurang.

Ancaman berikutnya adalah kehadiran tambang emas. “Yang belajar sejarah mungkin tahu tentang Antam. Emas Antam Cikotok, itu wilayah kami,” ujarnya.

Akibatnya, dalam waktu singkat, pertambangan emas mulai merambah di sejumlah lokasi yang mengakibatkan ruang hidup masyarakat adat terganggu. Beberapa perusahaan bahkan silih berganti datang menawarkan sejumlah uang agar bisa menambang di wilayah adat.

“Pada posisi itu dalam hati saya, jangan sampai kita terlena. Kita harus mulai persiapan. Karena di kami itu, bertani adalah tradisi, dan telah dianjurkan oleh sesepuh,” jelas Ruhandi.

Selain bertani, masyarakat adat juga diajarkan untuk membuat lumbung. Lumbung yang dimaksud bukan milik desa, namun milik pribadi sebagai tempat menyimpan padi dan hasil bumi lainnya.

“Itu sebabnya jika terjadi krisis, selama 1 – 2 tahun, kami masih bisa bertahan, karena di kami itu padi gak boleh dijual tetapi disimpan,” katanya.

Tidak hanya itu, Ruhandi juga menggalakkan gerakan literasi di masyarakat dan melakukan pemetaan partisipatif untuk memastikan lokasi-lokasi seperti lahan pertanian, mata air, sungai dan lain sebagainya tetap terjaga dengan baik.

Terakhir, Ruhandi menggagas hadirnya komunitas petani muda yang saat ini sedang berjalan. “Mimpi kami itu, bisa bikin pasar sendiri, pupuk sendiri dan nanam serta harus ada koperasi juga. Itu yang akan kami lakukan,” ungkapnya. (Jekson Simanjuntak)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *